REPUBLIKA.CO.ID, TEL AVIV— Puluhan ribu warga Israel memprotes Perdana Menteri Benjamin Netanyahu atas penolakannya untuk menyetujui perjanjian gencatan senjata untuk mengakhiri perang di Gaza.
Surat kabar Israel, Times of Israel, mengutip keluarga-keluarga para tahanan yang mengecam kebijakan-kebijakan Netanyahu dalam sebuah demonstrasi besar-besaran tiga hari lalu.
Wartawan surat kabar tersebut, Charlie Summers, Noam Lehman, dan Jacob Magid, mengkonfirmasi bahwa demonstrasi tersebut diselenggarakan sehubungan dengan rencana tentara Israel untuk mengambil alih Kota Gaza, di mana sejumlah tawanan diyakini masih ditahan.
Netanyahu tetap tempuh langkah ini meskipun ada peringatan dari para pejabat militer bahwa operasi tersebut akan berbahaya bagi nyawa mereka.
Menurut laporan, sebagaimana dilansir Aljazeera, Rabu (10/9/2025) para pengunjuk rasa berangkat dari jembatan gantung di pintu masuk Yerusalem yang diduduki menuju jalan di mana Netanyahu tinggal, membawa spanduk bertuliskan "Pemerintah Kematian", di tengah penutupan jalan dan pengerahan besar-besaran personel keamanan.
Kecaman dan ancaman
Laporan tersebut mengindikasikan para ibu dari para tahanan memimpin demonstrasi. Ketika kerumunan massa mencapai Paris Square di dekat rumah Netanyahu, Anat Angrist, ibu dari tentara yang ditangkap, Matan Angrist, menyampaikan pidato yang pedas di mana dia mengancam Netanyahu bahwa dia akan membayar harganya jika sesuatu terjadi pada putranya.
Orra Rubinstein, bibi dari Bar Cooperstein, berbicara kepada Netanyahu, "Kami bukan anarkis, kami bukan sayap kanan atau sayap kiri, kami adalah keluarga para tahanan, dan tuntutan kami adalah agar Anda menyelamatkan mereka semua sekarang juga."
View this post on Instagram