REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pendiri 1000 Abrahamic Circles Project dan Chairmen Foreign Policy Community of Indonesia (FPCI), Dino Patti Djalal membuka Virtual Konferensi Pers bertema Abrahamic Plea To Israel (Permohonan Abraham kepada Israel) yang digelar 1000 Abrahamic Circles Project dan FPCI.
Virtual Konferensi Pers dihadiri tokoh agama Yahudi, Rabbi Elliot J Baskin dari Amerika Serikat (AS), Pendeta Ryhan Prasad dari Selandia Baru, dan Imam Alaa Elzokm dari Australia.
Dino Patti mengatakan bahwa ada kekhawatiran tentang apa yang terjadi di Gaza. Apa yang terjadi di Gaza merupakan isu internasional nomor satu di banyak negara termasuk Indonesia.
"Kekhawatiran pribadi saya adalah bahwa apa yang terjadi di Gaza dan konflik di Timur Tengah menciptakan lonjakan besar dalam Islamofobia dan anti-Semitisme, dan ini dapat merusak upaya dan kerja keras yang telah dilakukan untuk memajukan perdamaian Abraham di seluruh dunia," kata Dino Patti dalam Virtual Konferensi Pers bertema Abrahamic Plea To Israel yang digelar 1000 Abrahamic Circles Project dan FPCI, Selasa (9/9/2025)
Dino Patti menerangkan bahwa Abrahamic Plea To Israel terinspirasi oleh surat yang ditulis oleh Rabbi Elliot. Rabbi Elliot menulis permohonan atas nama orang-orang Yahudi untuk menyampaikan pandangannya tentang situasi di Gaza kepada pemerintah Israel.
Sejak saat itu muncul tanggapan dari Pendeta Ryhan Prasad dari Selandia Baru. Kemudian, terjalin lebih banyak koneksi dan kerja sama dengan Imam Alaa Elzokm yang berbasis di Melbourne, Australia.
"Kami memfasilitasi mereka bertiga untuk menulis permohonan Abraham kepada Israel tentang situasi di Gaza. Ini semata-mata didasarkan pada sesama manusia, kepedulian antar sesama manusia, dari satu anak Tuhan kepada anak Tuhan lainnya," ujar Dino Patti.
Permohonan Abraham Kepada Israel
Sahabat, rekan, pemimpin agama, dan semua yang terlibat dalam bencana yang terjadi di Gaza,
Dalam menghadapi tantangan yang berat, kami berkomitmen pada pendekatan komprehensif terhadap perdamaian dan keadilan yang didasarkan pada penghormatan terhadap martabat manusia, saling pengertian, dan kolaborasi melalui doa, dialog, dan tindakan. Menyadari bahwa kebebasan beragama harus dijalin dengan rasa saling menghormati di antara anak-anak Abraham, kami membayangkan masa depan di mana komunitas semua anak Abraham saling mendukung di saat dibutuhkan, menunjukkan solidaritas yang tak tergoyahkan yang berakar pada kemanusiaan kita bersama.
Kami, para pemimpin agama dari tradisi Abrahamik, yaitu Yudaisme, Kristen dan Islam, berbicara hari ini dengan satu suara, bersatu dalam duka, belas kasih, dan tekad dalam menanggapi krisis kemanusiaan yang semakin meningkat di Gaza.