Jumat 05 Sep 2025 08:20 WIB

Kisah Perjuangan Bersenjata 'Guevara dari Gaza' Melawan Kebiadaban Israel

Al-Aswad merupakan anak yang lahir dari peristiwa Nakba.

Brigade Martir Abu Ali Mustafa, sayap militer Front Populer Pembebasan Palestina (PFLP).
Foto: Dok PFLP
Brigade Martir Abu Ali Mustafa, sayap militer Front Populer Pembebasan Palestina (PFLP).

REPUBLIKA.CO.ID, Muhammad Mahmoud Musleh al-Aswad merupakan salah satu tokoh sentral dalam perlawanan bersenjata di Gaza. Meski namanya tak dikenal publik layaknya tokoh-tokoh perlawanan Islam seperti Syekh Izzuddin al Qassam, Yahya Ayyash, atau Syekh Ahmad Yassin, peran aktivis Front Populer untuk Pembebasan Palestina (PFLP) dalam perlawanan bersenjata ala sosialis tak bisa dinafikkan. 

Dilansir dari Palestine Chronicle, al-Aswad merupakan anak yang lahir saat peristiwa Nakba, tepatnya di Haifa pada 8 Januari 1946. Dia diusir dari rumahnya saat baru berusia dua tahun. Dia pun mengungsi dan dibesarkan ke Kamp Pengungsi Shati.

Baca Juga

Al-Aswad tumbuh di lingkungan yang keras. Dia pun menjadi saksi penggerebekan dan pembantaian di Jalur Gaza yang tercatat sebagai periode terburuk pada tahun 1956. Kala itu, Israel menginvasi Jalur Gaza dalam perang agresi tripartit mereka melawan Mesir.

Meskipun dipaksa menghentikan perang oleh Amerika Serikat, dalam waktu kurang dari dua pekan, Israel telah membentuk pemerintahan militer yang mengawasi pendudukan Gaza selama empat bulan, hingga 8 Maret 1957.

Setelah itu, Mesir mempertahankan kendali atas wilayah pesisir yang dinilai mempengaruhi jalannya perjuangan Palestina, termasuk perjalanan Muhammad al-Aswad untuk bergabung dengan perlawanan.

Pada 1959, ketika al-Aswad baru berusia 13 tahun, revolusioner Marxis Che Guevara mengunjungi Jalur Gaza atas permintaan Presiden Mesir Gamal Abdul-Nasser. Selama kunjungannya ke Kamp Pengungsi al-Bureij, Che Guevara tercatat pernah mengatakan kepada salah satu pemimpin Kamp, Mustafa Abu Midyan:

“Kalian harus menunjukkan kepada saya apa yang telah kalian lakukan untuk membebaskan negara kalian. Di mana kamp pelatihan? Di mana pabrik-pabrik senjata? Di mana pusat-pusat mobilisasi rakyat?”

Tahun-tahun awal usai kedatangan Guevara membantu seluruh generasi pejuang perlawanan dan ideologi mereka. Al-Aswad tidak lepas dari pengaruh-pengaruh ini. Dia bergabung dengan Gerakan Nasionalis Arab (ANM) pada 1963. Al Aswad punya keahlian dalam mengorganisir demonstrasi melawan penjajah.

Ia bahkan pernah pergi ke Mesir untuk melanjutkan studinya, tetapi akhirnya kembali ke Gaza setelah setahun, karena keluarganya tidak mampu membiayainya. Dia memutuskan untuk mencari pekerjaan dan mendedikasikan dirinya pada perjuangan revolusioner.

Dipimpin oleh pemimpin perlawanan Palestina George Habbash, ANM bersekutu dengan Abdel Nasser dari Mesir. Gerakan ini menjadi sangat berpengaruh di Gaza.

photo
Che Guevara - (Reuters/Desmond Boylan)

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement