REPUBLIKA.CO.ID, GAZA — Kelompok Perlawanan Palestina, Hamas, memperingatkan, rencana Israel untuk menduduki Gaza City menjadi deklarasi pemusnahan. Pemindahan massal ratusan ribu penduduk dan keluarga pengungsi yang berlindung di kota tersebut dinilai akan menambah penderitaan rakyat Palestina.
Dalam sebuah pernyataan yang dikeluarkan pada Ahad (17/8/2025), gerakan tersebut menuduh Israel melakukan kejahatan perang besar di Gaza City. Mereka menekankan, pengumuman pendudukan merupakan wujud paling jelas dari arogansi, penghinaan terhadap hukum internasional, dan tekad untuk melancarkan perang pembersihan etnis di bawah kedok Amerika dan di tengah kebisuan global yang memalukan.
Kelompok tersebut mengutuk persiapan pengiriman tenda ke Gaza selatan dengan kedok kemanusiaan. Hamas menggambarkan langkah tersebut sebagai penipuan terang-terangan yang dimaksudkan untuk menutupi kejahatan yang sedang dipersiapkan.
Hamas lebih lanjut menggarisbawahi serangan di Gaza tidak dapat dipisahkan dari apa yang terjadi di Tepi Barat. Mereka mengungkapkan, penggerebekan yang terus berlanjut, serangan pemukim bersenjata, dan pembakaran properti Palestina terus dilakukan penjajah.
Tindakan-tindakan ini, katanya, mencerminkan proyek terpadu yang bertujuan untuk mengusir warga Palestina dari tanah mereka, merampas hak-hak mereka, dan memajukan Yahudisasi tempat-tempat suci Muslim dan Kristen.
Gerakan tersebut memperingatkan, dorongan untuk memaksakan apa yang disebutnya Israel Raya menuntut dukungan kuat bagi rakyat Palestina dan perlawanan, yang digambarkannya sebagai garis pertahanan pertama bagi negara-negara Arab dan Muslim melawan ambisi ekspansionis.
Ia mendesak Otoritas Palestina untuk mementingkan persatuan nasional dan membangun strategi perlawanan yang komprehensif. Hamas pun menyerukan negara-negara Arab dan Islam untuk mengambil langkah konkret dalam menghadapi pendudukan.