REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Anggota DPR nilai kurikulum AI juga perlu diterapkan di pesantren Menurut Andi, langkah memasukkan pula kurikulum AI dan koding ke pesantren berperan mencegah terjadinya ketimpangan kompetensi digital anak bangsa pada masa depan.
“Pemerintah jangan sampai abai terhadap lembaga pendidikan pesantren. Jika kurikulum AI dan koding hanya diberikan di sekolah umum, maka akan terjadi ketimpangan kompetensi digital di masa depan,” katanya kepada wartawan di Jakarta, Rabu.
Andi pun menilai pesantren sebagai lembaga pendidikan berbasis keislaman juga perlu dilibatkan secara aktif dalam transformasi pendidikan digital. Ia mengatakan pesantren memiliki potensi besar untuk menjadi pusat pengembangan teknologi yang berbasis nilai-nilai keislaman dan kearifan lokal.
Oleh karena itu, kata dia, sudah saatnya pemerintah melalui Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen) dan Kementerian Agama (Kemenag) menyusun peta jalan integrasi kurikulum AI dan koding ke dalam jenjang pendidikan pesantren.
“Santri hari ini adalah pemimpin masa depan. Mereka harus dibekali tidak hanya ilmu agama, tapi juga kemampuan abad 21. AI dan koding adalah bahasa baru dunia kerja dan pengetahuan global. Jika santri tidak disiapkan dari sekarang, kita akan kehilangan peluang besar,” ujarnya.
Ia juga menyarankan agar penyusunan kurikulum AI dan koding di pesantren dilakukan secara bertahap dan kontekstual. Berikutnya, kata dia, diperlukan pula pelatihan bagi para guru pesantren serta penyediaan infrastruktur teknologi sebagai prasyarat penerapan kurikulum tersebut.
Andi menegaskan revolusi digital tidak boleh meninggalkan pesantren sebagai salah satu pilar pendidikan nasional.
“Jangan sampai transformasi digital justru menciptakan kesenjangan baru. Pemerintah wajib hadir untuk memastikan seluruh anak bangsa, termasuk santri, mendapat kesempatan yang setara untuk tumbuh dan bersaing di era teknologi ini,” kata Andi Muawiyah Ramly.
Sebelumnya Menteri Agama (Menag) Nasaruddin Umar telah mengungkapkan rencana untuk ikut menerapkan pelajaran kecerdasan buatan dan koding di madrasah dan pondok pesantren.
Menurutnya, langkah itu perlu ditempuh untuk memastikan tidak ada perbedaan antara sekolah di bawah naungan Kemenag dengan sekolah di bawah Kemendikdasmen.
"Jadi kalau di sana canggih, di sini pun juga harus canggih," kata Menag Nasaruddin Umar.