REPUBLIKA.CO.ID, TAIF -- Ka'bah, sebelum datangnya agama Islam, sudah dimuliakan dan diagungkan oleh golongan bangsawan dan rakyat biasa. Bahkan, kemuliaan ini tidak hanya berlaku di kalangan semenanjung Arab, tapi juga menyeberang lautan sampai ke India dan China.
"Tidak ada perbedaan, baik antara penyembah berhala maupun yang bukan," tulis KH.A.Aziz Masyhuri dalam bukunya 25 rahasia terdahsyat Haji hingga Mabrur.
KH.A.Aziz Masyhuri mengatakan, bahwa umat hindu mempercayai bahwa ruh Syiwa, salah satu sesembahan mereka, menjelma menjadi Hajar Aswad (batu hitam) ketika ia mengunjungi tanah Hijaz beserta istrinya. Mereka mengkultuskan batu hitam itu dengan pengkultusan yang sukar dilukiskan.
"Dulu, para penyembah bintang menyucikan Ka'bah dengan pengkudusan yang setinggi-tingginya," katanya.
Karena bagi mereka, ia termasuk salah satu tujuh rumah yang harus dimuliakan. Kebanyakan negeri-negeri belahan Timur pada awalnya ber-agama shobi'ah atau penyembah bintang, seperti negeri Ajam dan India. Agama shobi'ah ini masih tetap ada di sebagian negeri sampai sekarang.
Imam Al-Mas'udi, dalam kitab tafsirnya, mengatakan bahwa orang-orang Arab pada zaman dahulu sudah menghormati Ka'bah Al-Musyarafah, bahkan, sebelum dibangun oleh Nabi Ibrahim as. Ia mengatakan (yang maksudnya) bahwa, pada waktu kaum Aad terkena paceklik yang cukup lama, mereka mengutus orang banyak menuju Makah untuk minta air atau istisqo'.
"Mereka berada di situ sambil meminum arak," katanya.
Kaum 'Aad adalah orang-orang yang sudah musnah, yang negerinya memanjang dari Yaman sampai Hadlramaut. Mereka sangat memuliakan Ka'bah al-Musyarafah, yang pada waktu itu masih berupa suatu onggokan tanah berwarna merah.