REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sekretaris Jenderal Kementerian Agama Kamaruddin Amin menegaskan komitmennya dalam mengoptimalkan pengelolaan dana umat, khususnya wakaf, sebagai instrumen penopang pembangunan bangsa.
"Melalui gerakan wakaf pendidikan Islam ini, Kementerian Agama akan menggerakkan wakaf ke arah yang lebih produktif, transparan, dan profesional. Dengan pengelolaan yang tepat, wakaf bisa menjadi penopang pembangunan pendidikan, kesehatan, hingga pemberdayaan ekonomi masyarakat," ujar Kamaruddin di Jakarta, Sabtu.
Kamaruddin mengatakan pemanfaatan wakaf harus melampaui bentuk konvensional seperti pembangunan masjid atau sekolah, dan mulai diarahkan pada sektor-sektor yang memiliki nilai ekonomi.
Melalui tata kelola modern, digitalisasi, dan model investasi syariah yang aman, wakaf dinilai mampu memberikan kontribusi nyata terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat miskin.
Langkah ini, menurut Kamaruddin, selaras dengan amanat Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 8 Tahun 2025 tentang Percepatan Pengentasan Kemiskinan dan Penghapusan Kemiskinan Ekstrem.
"Dana umat harus hadir sebagai solusi nyata bagi penghapusan kemiskinan ekstrem, sebagaimana arahan Presiden," kata dia.
Kamaruddin juga menekankan pentingnya sinergi lintas lembaga untuk memperkuat pemanfaatan dana umat.
Kementerian Agama, kata dia, akan meningkatkan koordinasi dengan BWI, Baznas, lembaga zakat, lembaga filantropi Islam, serta dunia usaha agar penggunaan dana umat menjadi lebih terarah dan berdampak luas.
Ia optimistis dengan adanya payung hukum melalui Inpres tersebut, ekosistem pengelolaan dana umat di Indonesia akan semakin terintegrasi dan efektif dalam mendukung pembangunan nasional.
Sementara itu, Direktur Jenderal Pendidikan Islam Kemenag Amien Suyitno mengatakan Gerakan Wakaf Pendidikan Islam diharapkan menjadi tonggak baru dalam membiayai program strategis pendidikan Islam di tanah air.
"Wakaf pendidikan harus kita dorong agar tidak hanya menjadi amal sosial, tetapi juga menjadi investasi masa depan. Melalui wakaf, kita ingin menghadirkan madrasah yang lebih berkualitas, pesantren yang lebih mandiri, dan perguruan tinggi Islam yang berdaya saing," ujar Suyitno.
Menurut dia, gerakan ini merupakan bagian dari upaya membangun ekosistem pendidikan Islam yang mandiri, inovatif, dan berkelanjutan.
Dengan dukungan publik, pendidikan Islam diharapkan dapat mencetak generasi unggul yang tidak hanya cerdas secara intelektual, tetapi juga kuat secara spiritual dan siap bersaing di tingkat global.