REPUBLIKA.CO.ID, TEL AVIV— Pada Juni 2025 terjadi lonjakan dramatis dalam tingkat pengangguran di Israel sebagai akibat langsung dari penutupan ekonomi akibat perang dengan Iran.
Calcalist melaporkan berdasarkan data survei angkatan kerja yang dirilis oleh Biro Pusat Statistik (CBS).
Dikutip Aljazeera, Selasa (22/7/2025), lonjakan sementara dalam angka pengangguran ini mencerminkan ketidakseimbangan yang tidak langsung daripada ketidakseimbangan struktural di pasar tenaga kerja.
Meskipun tampaknya belum pernah terjadi sebelumnya, tetapi dampaknya terhadap stabilitas ekonomi domestik tidak dapat diabaikan, menurut surat kabar tersebut.
Menurut angka resmi, tingkat pengangguran yang diperluas melonjak dari 4,2 persen pada Mei (196 ribu orang) menjadi 10,1 persen pada Juni (465 ribu orang), yang mewakili lebih dari setengah juta orang di luar pasar tenaga kerja yang aktif.
Namun, surat kabar ini menjelaskan bahwa angka ini tidak mencerminkan PHK massal atau pemecatan, tetapi lebih kepada keadaan umum pengangguran paksa karena penutupan perusahaan dan ketidakmampuan untuk mengakses tempat kerja.
Cetak sejarah
Selain lonjakan pengangguran, tingkat ketenagakerjaan (tidak termasuk mereka yang sementara tidak bekerja) turun tajam dari 60,8 persen pada Mei menjadi 56,8 persen di bulan Juni, yang berarti 292 ibu orang secara efektif berhenti bekerja hanya dalam waktu satu bulan.
BACA JUGA: Israel Gunakan Bala Tentara dari Bangsa Jin untuk Hadapi Iran Selama Perang 12 Hari?
Calcalist menggambarkan angka-angka ini sebagai belum pernah terjadi sebelumnya dan mencerminkan terhentinya aktivitas ekonomi yang hampir sepenuhnya, meskipun hanya untuk sementara.
Tingkat ketenagakerjaan, yang mencakup mereka yang absen sementara karena alasan ekonomi, sedikit menurun dari 61 persen menjadi hanya 60,8 persen.
