REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sekitar tahun 610 M, Muhammad SAW diangkat menjadi nabi dan rasul Allah SWT. Sejak saat itu, syiar Islam mulai menyebar di Makkah walau terus diadang kekuatan politik setempat. Sekira lima tahun kemudian, Rasulullah SAW membolehkan sebagian umat Islam untuk berhijrah ke Habasyah—sebutan Arab untuk Kerajaan Aksum--sebuah negeri di Benua Afrika.
"Sesungguhnya di Habasyah terdapat seorang raja yang tak seorang pun dizalimi di sisinya. Pergilah ke negerinya hingga Allah membukakan jalan keluar bagi kalian (Muslimin) dan penyelesaian atas apa yang menimpa kalian," sabda Nabi SAW (Fathul Bari VII:189).
Waktu itu, Aksum diperintah oleh seorang raja bernama Armah atau Ashhamah. Orang-orang Arab biasa menggelarinya an-Najasyi. Sebanyak 16 orang sahabat Rasulullah SAW yang berhijrah itu dipimpin Utsman bin Maz'un. Setelah mengarungi perjalanan yang tidak mudah, bahkan mengarungi Laut Merah, mereka akhirnya sampai di Aksum.
Raja an-Najasyi menerima Muslimin dengan ramah. Mereka bukan hanya memperoleh izin, melainkan juga perlindungan sehingga bisa menetap dengan aman di Aksum.
Tiga bulan kemudian, tersiar kabar bahwa penduduk Makkah sudah menerima Islam. Beberapa sahabat Nabi SAW yang memercayainya lantas kembali ke kampung halaman. Nyatanya kabar itu bohong belaka. Kaum kafir Quraisy masih saja semena-mena menekan umat Islam.
View this post on Instagram