Jumat 27 Jun 2025 22:58 WIB

'Indonesia Harusnya Fokus Dalam Negeri Bukan Palestina', Benarkah Demikian?

Membela Palestina adalah bagian dari filsafat berbangsa.

Massa mengibarkan bendera Palestina saat mengikuti aksi solidaritas untuk Palestina di kawasan Patung Kuda, Monas, Jakarta, Selasa (22/5/2025). Sejak pukul 10.00 WIB, peserta aksi mulai berdatangan. Aksi ini digelar sebagai bentuk solidaritas terhadap rakyat Palestina dan penegasan dukungan untuk kemerdekaan Palestina dari penjajahan Israel.
Foto: Republika/Prayogi
Massa mengibarkan bendera Palestina saat mengikuti aksi solidaritas untuk Palestina di kawasan Patung Kuda, Monas, Jakarta, Selasa (22/5/2025). Sejak pukul 10.00 WIB, peserta aksi mulai berdatangan. Aksi ini digelar sebagai bentuk solidaritas terhadap rakyat Palestina dan penegasan dukungan untuk kemerdekaan Palestina dari penjajahan Israel.

Oleh : DR Otong Sulaeman, Ketua/Rektor STAI Sadra periode 2024-2028

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA-Perang antara Iran dan Israel menjadi isu panas di Indonesia selama 12 hari. Media ramai memberitakan, para pengamat muncul silih berganti, dan opini publik pun terbelah.

Salah satu pendapat yang banyak mengemuka adalah, “Indonesia seharusnya fokus ke dalam negeri. Masih ada masalah ekonomi, pengangguran, dan korupsi yang jauh lebih penting diselesaikan daripada ikut campur konflik di luar sana.”

Baca Juga

Apakah benar demikian? Mari kita jawab, bukan semata dari sudut geopolitik atau strategi diplomasi, tapi dari perspektif yang lebih dalam: filsafat bangsa. Sebab dalam filsafat politik, apa yang kita bela dan diamkan mencerminkan nilai dasar dari siapa diri kita sebagai bangsa.

Serangan balasan Iran terhadap Israel pada Juni 2025 memang menciptakan eskalasi besar. Bagi banyak pihak, konflik ini disebut sebagai perebutan pengaruh di Timur Tengah. Tapi di balik dentuman rudal dan kepanikan internasional, akar persoalannya justru nyaris terlupakan, yaitu: Palestina.

Israel dan Amerika berkali-kali membenarkan serangan mereka dengan narasi “mencegah Iran membangun senjata nuklir.” Tapi faktanya, hingga kini tak ada bukti valid bahwa Iran tengah mengembangkan senjata nuklir.

Proyek nuklir Iran berada di bawah kerangka perjanjian NPT dan diawasi IAEA. Sebaliknya, Israel justru adalah satu-satunya negara di kawasan dengan persenjataan nuklir—dan menolak diaudit oleh badan internasional IAEA.

Yang membuat Iran menjadi musuh utama Amerika Serikat dan Israel bukanlah teknologinya, tapi posisinya sebagai pembela Palestina yang konsisten sejak Revolusi Islam 1979. Iran menolak normalisasi, mendukung kelompok perlawanan, dan menantang hegemoni Zionisme.

BACA JUGA: Rudal Iran dengan Hulu Ledak Lebih dari 1 Ton Bikin Israel Tercengang, Militer Lakukan Investigasi 

Iran dimusuhi Amerika Serikat dan Israel karena Iran-lah yang selama ini memberikan bantuan dana, senjata, dan teknologi untuk membangun kekuatan persenjataan para pejuang Palestina.

Maka jika kita ingin memahami akar konflik ini, jangan hanya lihat reaktor di Natanz. Lihatlah Gaza yang terus dibombardir, dan lihat siapa yang tetap berdiri di sisinya.

photo
Lini Masa KOnflik Israel Iran - (Republika)

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement