Jumat 27 Jun 2025 22:42 WIB

Mengapa Misi Perang Israel Terhadap Iran Gagal?

Gencatan senjata disetujui antara Iran dan Israel.

Tentara Israel dan tim penyelamat mencari korban di tengah reruntuhan bangunan tempat tinggal yang hancur akibat serangan rudal Iran di Beersheba, Israel, Selasa (24/6/2025). Gelombang serangan rudal Iran menghantam kota Beersheba, Israel. Sejumlah bangunan hancur dan empat warga dikabarkan tewas dalam serangan itu.
Foto: AP Photo/Leo Correa
Tentara Israel dan tim penyelamat mencari korban di tengah reruntuhan bangunan tempat tinggal yang hancur akibat serangan rudal Iran di Beersheba, Israel, Selasa (24/6/2025). Gelombang serangan rudal Iran menghantam kota Beersheba, Israel. Sejumlah bangunan hancur dan empat warga dikabarkan tewas dalam serangan itu.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA— Perang yang terjadi antara Israel dan Iran tampaknya merupakan perang eksistensi bagi kedua belah pihak. Ambisi Israel untuk menghancurkan program nuklir Iran telah menjadi tidak mungkin tercapai mengingat serangan Amerika Serikat yang mempengaruhi permukaan program tanpa menghancurkan kedalamannya dan waktu tidak berpihak pada tujuan Israel.

Memang, ambisi maksimum Israel saat ini adalah menghalangi program nuklir Iran selama bertahun-tahun, bukan untuk melenyapkannya.

Baca Juga

Lingkungan geografis tidak akan menerima perang ini, karena lingkungan geografis di sini terbentang dari Pakistan ke Eropa, jadi dalam konteks ini ada beberapa pertanyaan:

1. Perang apakah ini?

2. Apa konsekuensi dari perang ini?

3. Apakah ada pemenang yang sesungguhnya?

Faktanya, pemenang sebenarnya dalam perang ini adalah Rusia, karena Rusia diuntungkan oleh harga minyak yang tinggi sebagai ekspor terbesarnya.

Perang ini memperkuat kalkulusnya dalam Perang Ukraina, tetapi di sisi lain, dua pihak yang bertikai, Iran dan Israel, bertempur dalam perang yang kalkulasinya rumit di luar kehendak mereka berdua, dan di sinilah Amerika Serikat bertindak untuk mengakhiri perang tersebut.

Kekuatan citra

Dalam serangan pertamanya, Israel mengutamakan kekuatan citra dan dampaknya terhadap publik Iran, kemudian menimbulkan kekalahan psikologis dan keputusasaan di kawasan Arab.

Adegan kehancuran di Iran dan pembunuhan para ilmuwannya, serta fokus Israel pada efektivitas dan akurasi kekuatannya, menyebabkan getaran besar di Iran dan kawasan itu, serta mempromosikan pepatah lama yang dipopulerkan setelah Perang 1967, yaitu tentara Israel tidak terkalahkan.

Meskipun kerugian Israel terbatas, gambar-gambar kehancuran di Tel Aviv dan Haifa mewakili kemenangan moral bagi Iran. Memang, media sosial Arab segera terbakar dengan gambar-gambar kehancuran di Israel, sehingga dalam pertempuran ini, Israel kehilangan sesuatu yang belum disadarinya, yang akan mulai disadarinya pada tahap ini, tahap pascaperang.

Hal ini dapat membuka pintu bagi generasi masa depan di kawasan Arab untuk memperkuat ambisi mereka dalam mengakhiri konflik dengan Israel, yang selalu mewakili musuh historis yang efektif dalam kesadaran kolektif masyarakat Arab.

Kekuatan senjata

Israel memiliki kekuatan penangkal dan penyerangan yang superior di kawasan Arab. Israel telah berhasil membatasi Hizbullah dan kemudian melemahkan kemampuan Hamas di Gaza.

Keunggulan ini didasarkan pada kekuatan udara, dan di sini kemampuan Arab dan Iran dalam pertahanan udara segera terlihat jelas, oleh karena itu kita melihat bahwa sebagian besar negara-negara Arab dan Iran, dengan pengecualian Mesir, tidak membangun kekuatan pertahanan udara untuk menghadapi dan membatasi keunggulan Israel ini.

 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 

A post shared by Republika Online (@republikaonline)

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement