Selasa 24 Jun 2025 16:18 WIB

Ketua PP Muhammadiyah Kritik PSN

Busyro mengatakan, begitulah agama hadir dalam kemanusiaan.

Rep: Fuji EP/ Red: A.Syalaby Ichsan
Ketua Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah Busyro Muqoddas.
Foto: Republika.co.id/Bayu Adji P
Ketua Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah Busyro Muqoddas.

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA — Lembaga Hikmah dan Kebijakan Publik (LHKP) Muhammadiyah dan Solidaritas Merauke menggelar diskusi bertema Tanggung Jawab Profetik Kaum Agamawan: Menjaga Alam dan Berpihak Kepada yang Tertindas pada Selasa (24/6/2025).

Ketua PP Muhammadiyah Busyro Muqoddas dalam diskusi tersebut menyampaikan bahwa Proyek Strategis Nasional (PSN) tidak berdasarkan prinsip kemanusiaan dan adab.

Baca Juga

Busyro mengatakan, Indonesia punya kekayaan yang sangat luar biasa, satu di antaranya alinea pertama UUD 1945 yang berbunyi Bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa. Oleh sebab itu, maka penjajahan di atas dunia harus dihapuskan, karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan.

"Salah satu bentuk penjajahan itu ada tiga huruf, PSN, PSN itu kepanjangan dari proyek strategis nasional, karya eks Presiden Jokowi, itu proyek yang tidak berdasarkan prinsip-prinsip kemanusiaan dan adab," kata Busyro saat diskusi di Gedung Pusat Dakwah PP Muhammadiyah, Jakarta, Selasa (24/6/2025)

Busyro mengatakan, jika proyek tersebut dibuat berdasarkan kemanusiaan dan adab, maka PSN tidak akan menggilas masyarakat di berbagai tempat, misalnya di Rempang, Halmahera, Papua, Morowali dan sebagainya.

 

Ia menyampaikan, alinea pertama UUD 1945 itu ditarik kepada spirit keagamaan, yakni lima agama yang sah di Indonesia. Spirit tersebut punya nilai-nilai keadilan dan kemanusiaan yang sama. Dia mengungkapkan, semua agama yang sah di Indonesia punya kesamaan nilai, maka perlu semuanya bersatu dan bermesraan.

"Fungsi agama besar itu gerakan profetik, gerakan kenabian, berpilar kepada kemerdekaan liberasi, dan membawa manusia siapapun juga lintas agama, suku, pendidikan, sosial, budaya dan sebagainya kepada arah kemanusiaan, dan dengan semangat keber-Tuhanan," ujar Busyro.

Ia mengungkapkan, seharusnya menghadirkan iman yang aktif, bukan iman yang pasif. Kalau hanya di masjid, gereja dan vihara saja itu pasif. Mari hadirkan iman yang aktif yakni yang hadir.

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement