REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Anggota Komite Eksekutif Majelis Hukama Muslimin (MHM), Tuan Guru Bajang (TGB) Muhammad Zainul Majdi menegaskan pentingnya memperkuat dialog dan rekonsiliasi antarumat Islam lintas mazhab, khususnya Sunni dan Syiah.
TGB menjelaskan, Seruan Ahlul Kiblah yang ditandatangani dalam Konferensi Dialog Intra-Islam di Manama, Bahrain pada Februari 2025 lalu bisa menguatkan komunikasi dan solidaritas antar kelompok Islam dalam menghadapi tantangan global, termasuk eskalasi perang Iran-Israel dan penderitaan rakyat Gaza.
“Dialog antara kelompok umat Islam dari seluruh pandangan keagamaan, baik Sunni maupun Syiah, adalah keniscayaan hari ini. Satu sama lain saling memengaruhi dan saling terpengaruh,” ujar TGB saat ditemui Republika.co.id usai menjadi pembicara dalam Talkshow “Seruan Ahlul Kiblah dan Ikhtiar Menguatkan Dialog Intra-Islam” di ajang Islamic Book Fair (IBF) 2025 di Jakarta Convention Center (JCC), Sabtu (21/6/2025).
Menurut dia, upaya adu domba antarumat Islam sendiri sebenarnya sudah berlangsung sejak lama. Karena jika umat Islam bersatu, maka akan terbentuk kekuatan besar yang mampu mengubah sejarah.
“Umat Islam bersatu itu bisa melahirkan kekuatan luar biasa. Sudah terbukti dalam sejarah antara abad ke-6 sampai ke-13. Maka jika kita ingin menawarkan peradaban yang maju dan manusiawi, harus dimulai dari rekonsiliasi antarumat Islam,” ujar mantan Gubernur NTB ini.
TGB juga menyinggung sikap Iran yang secara konsisten membela rakyat Palestina. Menurut dia, Iran justru saat ini sedang menunaikan fardhu kifayah umat Islam dalam membela Palestina, sesuatu yang seharusnya menjadi kewajiban kolektif umat Muslim di seluruh dunia.
“Kita sudah tidak relevan lagi bicara sunni-syiah dalam konteks misalnya, bagaimana ternyata Iran yang kita sering sebut sebagai negara syiah, justru dia mampu menunaikan Fardhu Kifayah kita sebagai umat Islam,” kata TGB.
Untuk diketahui, fardhu kifayah adalah suatu kewajiban kolektif terhadap satu kaum untuk melakukan tugas tertentu. Apabila sudah dilakukan oleh beberapa orang, maka gugurlah kewajiban itu.
Karena itu, dia mendorong agar umat Islam tak lagi larut dalam perdebatan identitas mazhab semata, melainkan fokus pada titik temu dan persatuan.
“Sudah cukuplah perselisihan yang sekian lama. Melihat situasi geopolitik hari ini, sudah saatnya umat Islam lebih banyak mencari titik temu,” jelas dia.