REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Israel membunuh anak-anak dan wanita di Gaza, Palestina dimotivasi oleh agama dan keyakinan yang dianut Zionis Yahudi Israel. Operasi Israel di Palestina maupun Iran menggunakan nama-nama yang memiliki muatan agama.
Israel menggunakan simbolisme agama sebagai alat propaganda untuk meningkatkan legitimasi internal, memobilisasi masyarakat Israel secara emosional, dan memberikan rasa 'kesucian' dalam konfrontasi militer.
Sebaliknya, negara-negara Islam ketakutan menggunakan narasi dan slogan agama dalam upaya membela diri dari agresi Israel yang didukung Amerika dan sekutunya. Alasan dunia Islam ketakutan menggunakan simbol agama karena takut dituduh teroris oleh negara-negara Barat.
Pakar Timur Tengah dari Universitas Indonesia (UI), Yon Machmudi mengatakan mengatakan, bagaimanapun keberadaan Israel di Palestina itu dimotivasi oleh keyakinan mereka terhadap agama, Taurat dan janji Tuhan bahwa tanah Palestina untuk orang-orang Yahudi. Selain Yahudi harus meninggalkan Palestina.
"Maka ketika mereka (zionis Yahudi) melakukan perang, itu seperti melakukan tugas janji Tuhan, perintah Tuhan, untuk berperang terhadap orang-orang yang dianggapnya membahayakan atau memberi ancaman bagi Israel, sehingga pihak lain dianggap sebagai ancaman eksistensi Israel, jadi Israel lebih banyak menggunakan slogan-slogan agama," kata Yon kepada Republika.co.id, Kamis (19/6).
Israel berperang atas dasar agama, mengapa negara-negara Islam seperti canggung untuk menggunakan narasi atau slogan agama dalam memberikan perlawanan kepada Israel yang jelas melakukan genosida dan penjajahan di Palestina?
Menjawab hal itu, Yon mengatakan, beberapa negara di dunia Islam, dalam beberapa hal kaitannya dengan politik hubungan internasional, cenderung tidak menggunakan slogan-slogan Islam, terlebih jika dalam perang.
"Karena perspektif Barat ketika berbicara perang yang menggunakan ideologi Islam itu cenderung dilabeli sebagai teroris," ujar Yon.
Akan tetapi, Yon menegaskan, kalau Israel menggunakan simbol agama, kemudian Israelmembunuh rakyat sipil dan lain sebagainya, malah disebut sebagai hak bagi Israel untuk mempertahankan diri. Karena pihak yang diserang dan dibunuh Israel dianggap sebagai ancaman.
Pakar Timur Tengah ini menegaskan, itu persoalan double standard pihak Barat. Negara Islam akan dilabeli teroris jika menggunakan ideologi Islam dalam perang.
Yon menambahkan, itu juga bukti ketidakberanian dan ketidakyakinan umat Islam di dunia untuk menggunakan simbol-simbol agamanya di dalam ekspresi politik, termasuk politik global dan internasional.
"Ya seperti itu karena stigmanya kalau sudah ideologi Islam dalam perang, bagi Barat dikategorikan sebagai kelompok teroris," ujarnya.
