Rabu 18 Jun 2025 06:48 WIB

Warga Muslim dan Kristen di Israel Dilarang Masuk Bunker Perlindungan

Sebelumnya, semua warga Israel berhak menempati bunker perlindungan.

Warga Israel berlindung di ruang bunker perlindungan saat Iran menembakkan rudal serangan balasan ke Tel Aviv, Israel, Ahad (15/6/2025). Channel 13 Israel melaporkan, serangan Iran menyebabkan kehancuran yang belum pernah terjadi sebelumnya di wilayah Tel Aviv, dengan puluhan bangunan rusak akibat rudal Iran atau pecahan peluru kendali.
Foto: AP Photo/Maya Alleruzzo
Warga Israel berlindung di ruang bunker perlindungan saat Iran menembakkan rudal serangan balasan ke Tel Aviv, Israel, Ahad (15/6/2025). Channel 13 Israel melaporkan, serangan Iran menyebabkan kehancuran yang belum pernah terjadi sebelumnya di wilayah Tel Aviv, dengan puluhan bangunan rusak akibat rudal Iran atau pecahan peluru kendali.

REPUBLIKA.CO.ID, TEL AVIV -- Sejumlah warga Palestina beragama Islam dan Kristen yang tinggal di Israel mengatakan bahwa mereka tak diberikan akses masuk ke bunker. Padahal sebelummya mereka dibolehkan masuk ke tempat perlindungan bawah tanah itu di tengah gempuran rudal Iran.

Diskriminasi itu dialami warga yang tinggal di Jalan Yehuda Hayamit. Mereka mengatakan kepada Middle East Eye bahwa mereka telah diberi tahu bahwa kode masuk yang memberi mereka akses ke tempat perlindungan tersebut telah diubah. Ini setelah sekitar 12  orang dari mereka berlindung di sana dalam beberapa hari terakhir saat sirene berbunyi, menyusul serangan rudal Iran yang menargetkan Tel Aviv di dekatnya.

Baca Juga

Mereka mengatakan bahwa kejadian tersebut menyoroti diskriminasi dan bahaya yang mereka hadapi sebagai warga Palestina di Israel bahkan di salah satu kota campuran di negara tersebut. Di mana sekitar sepertiga penduduknya tetap menjadi warga Palestina.

Nasir Ktelat (63 tahun), seorang pria dengan masalah kesehatan yang tinggal di apartemen lantai empat di seberang jalan dari tempat perlindungan, mengatakan bahwa dia dan orang lain dari kediamannya telah diberi akses oleh seseorang dari komite pembangunan mereka. Dia mengatakan bahwa merupakan hal yang biasa bagi mereka yang tinggal di gedung-gedung tua di dekatnya untuk berkumpul di tempat perlindungan ketika sirene berbunyi.

Namun, Nasir mengatakan ketika mereka memasuki tempat penampungan itu selama akhir pekan, mereka dibuat merasa tidak diterima oleh warga Israel yang tinggal di gedung baru.

"Jelas mereka tidak senang melihat kami," kata Ktelat. "Kami berjumlah sekitar 12 hingga 15 orang Muslim dan Kristen dari gedung di dekat situ. Tentu saja, kami merasa tidak diterima, tetapi kami tidak peduli."

Keesokan harinya, kata Ktelat, mereka telah kembali dan diizinkan masuk tetapi sekali lagi disampaikan bahwa mereka tidak diterima.

"Pada akhirnya, mereka memberi tahu kami bahwa itu adalah saat terakhir," katanya.

"Mereka berkata: 'Kami telah membuat keputusan bahwa kami tidak ingin Anda datang, dan kami akan mengubah tata tertibnya.' Seorang penghuni gedung itu tampak simpatik, tetapi tetap mengatakan kepada mereka bahwa semua penghuni setuju bahwa mereka tidak boleh diizinkan menggunakan tempat penampungan itu," kata Nasir Ktelat.

Nasir mengatakan, Jalan Yehuda Hayamit merupakan campuran antara tempat tinggal lama dan bangunan baru. Warga Yahudi Israel yang tinggal di bangunan lama di lingkungan itu tampaknya masih diizinkan masuk ke tempat penampungan itu.

Sumber:

Palestinians in Jaffa denied access to bomb shelter by Israeli neighbours

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement