Selasa 03 Jun 2025 23:32 WIB

Sempat Dilarang Beroperasi, Kini Klinik Haji Indonesia Mulai Kembali Layani Jamaah

Jamaah haji Indonesia tidak harus langsung dirujuk ke rumah sakit Arab Saudi.

Tenaga kesehatan mengecek perlengkapan ambulans di Klinik Kesehatan Haji Indonesia (KKHI) Makkah, Arab Saudi, Kamis (8/5/2025). KKHI yang berada di Makkah dan Madinah merupakan fasilitas pelayanan kesehatan bagi jamaah haji Indonesia yang membutuhkan pelayanan rawat jalan, rawat inap, darurat, unit perawatan intensif, rujukan, pemeriksaan penunjang, pelayanan sanitasi, pelayanan gizi, serta layanan safari wukuf, tanazul dan evakuasi.
Foto: ANTARA FOTO/Andika Wahyu
Tenaga kesehatan mengecek perlengkapan ambulans di Klinik Kesehatan Haji Indonesia (KKHI) Makkah, Arab Saudi, Kamis (8/5/2025). KKHI yang berada di Makkah dan Madinah merupakan fasilitas pelayanan kesehatan bagi jamaah haji Indonesia yang membutuhkan pelayanan rawat jalan, rawat inap, darurat, unit perawatan intensif, rujukan, pemeriksaan penunjang, pelayanan sanitasi, pelayanan gizi, serta layanan safari wukuf, tanazul dan evakuasi.

Oleh : Teguh Firmansyah, jurnalis Republika.co.id, dari Makkah, Arab Saudi

REPUBLIKA.CO.ID, MAKKAH –Kabar baik datang dari Tanah Suci. Klinik Kesehatan Haji Indonesia (KKHI) Daerah Kerja Makkah akhirnya bisa beroperasi lagi.

Menteri Agama Nasaruddin Umar memastikan beroperasinya klinik tersebut dengan berkunjung langsung ke KKHI.

"Nah sekarang dengan aktif kembali ini, maka penyakit-penyakit yang tidak harus langsung dirujuk (ke RS Arab), kini bisa dirujuk di sini saja itu sudah bisa kembali lagi ke kemahnya Itu kan lebih baik," ujar Menteri Agama saat melakukan kunjungan ke KKHI, Selasa (3/6/2025).

Sebelumnya, KKHI tidak boleh melakukan sama sekali tindakan penanganan terhadap jamaah haji Indonesia yang sakit. Jamaah haji sakit didorong langsung untuk dirujuk ke rumah sakit di Saudi.

Namun, jelas Menag, setelah beragam pendekatan langsung dengan Menteri Kesehatan Arab Saudi, mereka akhirnya memberi lampu hijau perawatan tersebut.

Menurut Nasaruddin, Pemerintah Indonesia bisa memberikan keyakinan bahwa kebanyakan jamaah Indonesia bukan saja tidak bisa hahasa Arab, sebagian bahkan tidak bisa bahasa Indonesia.

"Seperti yang kita wawancari tadi kan, dia tidak bisa bahasa Indonesia, hanya bisa bahasa Jawa ya, tanpa pendamping," ujar Menag.

Ahirnya banyak jamaah yang memilih enggan untuk dirawat ke rumah sakit Saudi karena memang mereka kesulitan berkomunikasi. "Karena takut dibawa ke rumah sakit, disitu dirawat oleh orang yang tidak ngerti bahasa mereka, dan tidak ada pendampingnya," jelas Menag.

Menurut Menag, setelah beroperasi, KKHI memang tidak bisa menangani semua pasien. Ada 2-3 Pasien di sini yang memang harus dirujuk ke rumah sakit Saudi karena peralatan klinik tak memadai. "Misalnya cuci darah di sini kan tidak ada ya memang harus dirujuk ke rumah sakit."

Menag menganggap bahwa kebijakan Arab Saudi sejatinya adalah demi kepentingan pasien itu sendiri. "Jadi kita harus baik sangka juga kepada pemerintah Saudi bahwa Semua kebijakan yang dilakukan itu untuk kemaslahatan tamunya sendiri yaitu jamaah."

photo
Infografis Sembilan Maklumat untuk Jamaah RI saat Puncak Haji - (Dok Republika)

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement