Rabu 28 May 2025 19:30 WIB

Pawai Ekstremis Yahudi di Al-Aqsa, Media Israel: Hanya Negara Sakit yang Rayakan Genosida

Ekstremis Yahudi melakukan pawai di Masjid Al-Aqsa.

Ekstremis Yahudi membawa bendera Kuil Ketiga di gerbang Masjid al-Aqsa, Senin (26/5/2025).
Foto: Ir Amim/X
Ekstremis Yahudi membawa bendera Kuil Ketiga di gerbang Masjid al-Aqsa, Senin (26/5/2025).

REPUBLIKA.CO.ID, TEL AVIV— Pawai Bendera yang diselenggarakan oleh para pemukim di Yerusalem dalam rangka "Hari Penyatuan Kota" berubah menjadi sebuah demonstrasi massal yang mengagungkan pembunuhan dan merayakan genosida. 

Demonstrasi ini dalam sebuah adegan yang mencerminkan kebangkitan ekstremisme dan rasisme dalam masyarakat Israel. 

Baca Juga

Demikian surat kabar Israel, Haaretz, menggambarkan pawai pemukim baru-baru ini dalam editorialnya pada Rabu (28/5/2025) pagi, menyoroti hasutan dan kebencian yang belum pernah terjadi sebelumnya yang terjadi pada pawai tahun ini. 

Dikutip Republika.co.id, dari Aljazeera, para peserta, termasuk remaja dan anak muda dari gerakan nasionalis religius, meneriakkan slogan-slogan yang mengejutkan dan memegang spanduk yang melanggengkan retorika genosida 

Di antara yel-yel yang paling sering diteriakkan adalah: "Kematian bagi orang-orang Arab", "Muhammad telah mati" dan "Biarkan desamu terbakar".

Selain itu sebuah lagu baru yang telah beredar luas tahun ini, yang liriknya berbunyi: "Tidak ada sekolah di Gaza, tidak ada anak-anak yang tersisa di sana."

Sebuah lagu yang "rasis dan menjijikkan" yang, menurut surat kabar itu, secara eksplisit merayakan kematian anak-anak Palestina.

Editorial Haaretz menyoroti apa yang disebutnya sebagai perayaan pemusnahan di depan umum. Nyanyian-nyanyian tersebut tidak diteriakkan secara rahasia atau di sela-sela acara, tetapi diteriakkan dengan lantang di jalan-jalan Yerusalem.

Teriakan itu diiringi dengan drum dan tarian dan dengan restu dari para pemimpin politik kelas atas, termasuk Menteri Keamanan Nasional Itamar Ben-Gvir, yang oleh surat kabar itu digambarkan sebagai pahlawan pawai dan perwakilan resmi dari kebijakan kematian yang rasis.

Peninjauan ini dilakukan pada saat Israel masih menolak untuk mengakui tanggung jawabnya atas pembunuhan puluhan ribu warga sipil di Jalur Gaza sejak dimulainya perang genosida pada bulan Oktober lalu, termasuk sekitar 18 ribu anak-anak, menurut perkiraan organisasi-organisasi kemanusiaan internasional.

 
 
 
Lihat postingan ini di Instagram
 
 
 

Sebuah kiriman dibagikan oleh Republika Online (@republikaonline)

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement