Rabu 21 May 2025 16:23 WIB

Adab Ihram Selama Berhaji

Bila sedang berihram, ada beberapa hal yang menjadi terlarang untuk dilakukan.

ILUSTRASI Jamaah mengenakan kain ihram
Foto: Teguh Firmansyah/Republika
ILUSTRASI Jamaah mengenakan kain ihram

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ihram adalah pakaian yang harus dikenakan jamaah haji sebelum memasuki Tanah Suci. Tempat- tempat memakai ihram atau miqat makani sudah ditentukan sejak zaman Nabi Muhammad SAW.

Tak ada yang istimewa dari pakaian ini. Bagi jamaah haji pria, ihram hanyalah dua helai kain putih. Satu helai berfungsi menutupi area pinggang hingga mendekati mata kaki atau disebut juga dengan izar. Satu helai lainnya menutupi bagian atas.

Baca Juga

Hujjatul Islam Abu Hamid Muhammad bin Muhammad bin Muhammad al-Ghazali ath-Thusi atau yang akrab disapa Imam al-Ghazali menjelaskan dalam Ihya Ulumuddin, putih adalah warna yang disukai Allah.

Meski hanya pakaian sederhana, berihram ternyata akan lebih baik bila disertai dengan sejumlah amalan. Sebelum berihram, jamaah haji dianjurkan untuk mandi dengan niatan untuk memakai ihram. Itu dilakukan ketika mereka sudah sampai di miqat makani.

Selama membersihkan diri, jamaah haji membersihkan tubuhnya. Jamaah pun diimbau untuk merapikan janggut, kumis, rambut, dan memotong kuku. Selesai mandi, jamaah dapat langsung mengenakan ihram. Selama mengenakan ihram, mereka tidak lagi mengenakan pakaian berjahit.

 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 

A post shared by Republika Online (@republikaonline)

 

Selama mengenakan ihram, jamaah tidak boleh mengenakan parfum atau wewangian. Namun, apabila masih ada wewangian tersisa di badan maka tidak menjadi masalah. Dalam sebuah hadis diceritakan, sebelum memulai ihram, ada sisa wewangian atau misik di sela-sela rambut Rasulullah SAW. Wewangian itu tidak dihilangkan meskipun Nabi SAW sudah mengenakan ihram (HR Bukhari dan Muslim, dari Aisyah).

Dalam sebuah hadis diceritakan, istri Rasulullah, Aisyah, biasa menggosokkan minyak wangi kepada beliau ketika ihram juga ketika tahalul (Bukhari dan Muslim). Ketika berjalan menuju Tanah Suci, jamaah sudah bisa meniatkan tujuan berihram. Ada yang berniat untuk berhaji, ada juga yang berumrah, atau keduanya.

Jamaah disunahkan mendirikan shalat dua rakaat dengan niat sunah ihram. Pada rakaat pertama, jamaah membaca surah al-Kafirun setelah membaca al-Fatihah. Pada rakaat kedua, jamaah dianjurkan membaca surah al-Ikhlas setelah membaca al-Fatihah.

Jamaah disunahkan untuk selalu mengucapkan talbiyah, "Labbaik Allahumma labbaik …" dan seterusnya. Lafaz itu tak harus diucapkan dengan keras, cukup dengan suara perlahan agar tidak mengganggu kenyamanan. Dalam sebuah hadis, Rasulullah SAW bersabda, "Sesungguhnya kalian tidak memanggil zat yang tuli ataupun yang tidak hadir" (HR Bukhari dan Muslim).

Jika menemukan sesuatu yang mengagumkan di tengah perjalanan, jamaah disarankan mengucapkan labbaik innal'aysya 'aiysyul akhirah. Artinya "labbaik ya Allah, sesungguhnya kehidupan yang sejati adalah kehidupan akhirat".

Selama menjalankan ibadah haji, jamaah dianjurkan untuk dapat melaksanakan berbagai amalan sunah. Hal itu dimaksudkan untuk memaksimalkan ibadah selama berada di Tanah Suci. Ibadah di Tanah Suci akan diganjar dengan pahala yang lebih besar daripada beribadah di tempat lain.

Al-Ghazali juga menulis, jamaah haji diimbau untuk waspada. Meskipun sedang beristirahat pada malam hari, jamaah diharapkan tetap mengetahui lingkungan sekitarnya. Hal itu dimaksudkan agar jamaah haji terhindar dari kejahatan dan keadaan bahaya. Akan lebih baik apabila jamaah dapat bangun pada malam hari untuk shalat Tahajud dan berzikir. Qiyamul lail di Tanah Suci akan terasa lebih khidmat.

photo
INFOGRAFIS Mengenal Rukun Haji - (dok rep)

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement