Jumat 02 May 2025 17:58 WIB

Teladan Nabi Menerapkan Prinsip Toleransi

Rasulullah SAW menunjukkan contoh tentang sikap toleransi.

ILUSTRASI Rasulullah SAW.
Foto: dok publicdomainpictures
ILUSTRASI Rasulullah SAW.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Nabi Muhammad SAW merupakan suri teladan yang sempurna. Umat manusia, khususnya kaum Muslimin, seyogianya mencontoh perilaku dan akhlak beliau.

Dalam hal toleransi atau tasamuh, misalnya, Rasulullah SAW memberikan keteladanan yang nyata, terutama sejak dimulainya fase dakwah di Madinah. Berbeda ketika dahulu masih bertinggal di Makkah, beliau merupakan pemimpin dalam hal keagamaan maupun sosial-politik di kota yang dahulu bernama Yastrib tersebut.

Baca Juga

Sebagai tokoh utama di tengah masyarakat Madinah yang majemuk, beliau memandang penting sikap toleran. Hal itu terutama mewujud dalam Piagam Madinah, yang mengakomodasi kepentingan bukan hanya umat Islam, melainkan juga kaum Yahudi dan penyembah berhala yang tinggal di kota tersebut. Tujuannya agar masing-masing komunitas dapat hidup berdampingan secara damai dan saling tolong-menolong.

Akan tetapi, muncul upaya-upaya untuk melanggar Piagam Madinah. Contohnya adalah satu peristiwa yang kemudian menjadi asbabun nuzul Alquran surah al-Baqarah ayat 256. Buya Hamka dalam Tafsir al-Azhar menerangkan, saat itu Bani Nadhir berkali-kali melanggar poin-poin penting dalam Piagam Madinah. Bahkan, suku yang mayoritasnya Yahudi itu terbukti membuat rencana pembunuhan atas Nabi SAW. Oleh karena itu, Bani Nadhir diusir dari Madinah.

Akan tetapi, kaum Muslimin terkendala suatu tradisi setempat yang sudah berlaku sebelum kedatangan Islam. Saat kota itu masih bernama Yastrib, penduduk Madinah merasa kehidupannya lebih terbelakang daripada komunitas Yahudi. Mereka mengagumi keberadaban kaum Yahudi dalam mendidik generasi penerus. Karena itu, sebagian dari warga Arab Madinah menitipkan anak-anaknya untuk dididik dengan cara-cara Yahudi.

Sekarang, anak-anak kaum Anshar yang dititipkan ke Bani Nadhir sudah mulai dewasa. Beberapa di antaranya bahkan menjadi pemeluk agama Yahudi lantaran sejak kecil dibesarkan dengan kepercayaan itu. Akhirnya, banyak orang tua Anshar yang memohon-mohon kepada Rasulullah SAW agar anaknya ditarik menjadi Muslim—kalau perlu dengan cara paksaan. Mereka amat khawatir buah hatinya kelak masuk neraka.

Maka, turunlah ayat ke-256 surah al-Baqarah yang menegaskan “tidak ada paksaan dalam agama.” Menurut riwayat Ibnu Abbas, Rasulullah SAW hanya memanggil anak-anak itu. Mereka kemudian diminta untuk secara terbuka memilih: apakah mau memeluk Islam atau bertahan dengan agama Yahudi.

 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 

A post shared by Republika Online (@republikaonline)

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement