Rabu 23 Apr 2025 18:44 WIB

Pengakuan Sejarah Israel yang Mengejutkan: Agenda Zionis adalah Keliru Sejak Awal

Zionisme telah mencederai teks-teks agama Yahudi itu sendiri.

Rabi Yahudi tolak Zionisme.
Foto: julesmanson.com
Rabi Yahudi tolak Zionisme.

REPUBLIKA.CO.ID, DOHA-Tom Segev, sejarawan Israel yang terkenal, telah meyakini bahwa proyek Zionis adalah sebuah kesalahan sejak awal dan tidak memenuhi janji-janjinya.

Hal ini terungkap dalam sebuah wawancara terbuka dengannya pada kesempatan ulang tahunnya yang ke-80.

Baca Juga

Sepak terjangnya terbukti setelah puluhan tahun melakukan pekerjaan jurnalistik dan penelitian yang meliput momen-momen penting dalam sejarah dan hubungan Israel dengan orang-orang Palestina dan Arab. Termasuk Nakba, Holocaust, dan dekade-dekade awal pendirian negara tersebut.

Dalam wawancaranya yang panjang dengan surat kabar Israel, Haaretz, Segev mengungkapkan rincian pribadi yang mengejutkan dalam otobiografinya.

Setelah puluhan tahun percaya bahwa dia adalah seorang “yatim piatu perang” yang kehilangan ayahnya dalam pertempuran 1948.

Dia menemukan bahwa ayahnya, Heinz Schwerin, tidak terbunuh oleh peluru penembak jitu seperti yang diceritakan oleh ibunya, tetapi jatuh dari pipa drainase ketika mencoba memanjat sebuah bangunan tertutup untuk mengantarkan kopi kepada para penjaga. Insiden tersebut terjadi secara tidak disengaja.

Kisah ini baru diungkapkan kepadanya di akhir hayatnya oleh kakak perempuannya, Yuta, yang berusia tujuh tahun pada saat kejadian, dan menyimpan kebenarannya selama setengah abad.

Segev lahir di Yerusalem pada 1945 dari orang tua Jerman yang melarikan diri dari Nazi. Dia menerima gelar PhD dalam bidang sejarah dari Universitas Boston dan bekerja di bidang jurnalisme selama lebih dari 50 tahun, terutama di Haaretz.

Buku-bukunya meliputi: “1967”, ‘The Seventh Million’, dan ‘Soldiers of Evil’. Dia dikenal karena sikap kritisnya terhadap proyek Zionis dan kebijakan-kebijakan Israel, serta keberaniannya dalam mendekonstruksi ingatan nasional Israel.

Segev mengatakan bahwa ibunya tidak mengatakan yang sebenarnya, mungkin untuk melindunginya atau untuk mempertahankan citra ideal ayahnya sebagai “martir kemerdekaan”.

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement