REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pada suatu hari sesudah azan subuh berkumandang, Ali bin Abi Thalib bergegas menuju masjid. Seperti kaum Muslimin umumnya, ia hendak menghadiri shalat subuh yang diimami Nabi Muhammad SAW.
Maka berangkatlah ia menuju masjid. Di tengah perjalanan, tiba-tiba Ali melihat seorang kakek berjalan dengan sangat pelan. Maklum, tubuh rentang orang tua itu tidak memungkinkannya untuk lekas melangkah.
Ali tentunya mengetahui, bersegera ke masjid untuk mengikuti shalat berjamaah adalah keutamaan. Namun, ia tidak mau mendahului kakek di hadapannya. Hal itu dilakukannya dengan pertimbangan menjaga sopan santun terhadap orang tua.
Maka berjalanlah Ali di belakang kakek tersebut. Sedemikian rupa sehingga lansia itu tidak merasa bahwa dirinya sedang “menghalangi” jalan sang karamallahu wajhah ke masjid. Karena begitu pelannya langkah kaki sang kakek, waktu yang diperlukan Ali untuk tiba ke masjid menjadi lebih lama dari biasanya.
Yang cukup membuat Ali terkejut, ternyata kakek itu berbelok dari arah masjid. Di persimpangan jalan, orang tua itu memilih ke kanan. Saat menyadari ada orang di belakangnya, kakek tersebut mengenali wajah Ali. Kepadanya, ia menyampaikan bahwa dirinya adalah seorang Nasrani sehingga tidak ada urusannya dengan masjid pada subuh itu.
Setelah berpisah dengan orang tua itu, Ali mempercepat langkahnya menuju masjid. Beruntung, suami Fathimah az-Zahra itu mendapati Rasulullah SAW masih dalam keadaan rukuk. Ia pun segera ikut dalam jamaah untuk memperoleh rakaat pertama subuh.
Sesudah shalat, para sahabat bertanya kepada Nabi SAW, mengapa beliau melakukan rukuk lebih lama daripada biasanya. Kira-kira, durasi rukuknya setara dua kali rukuk.
“Wahai Rasulullah, engkau menambah durasi rukuk. Mengapa demikian, sementara hal itu belum pernah engkau lakukan sebelumnya?” tanya seorang jamaah.
“Saat rukuk tadi,” jawab Nabi SAW, “aku melakukannya dengan biasa, termasuk membaca wirid subhana rabbiyal ‘azhim. Tiba-tiba, saat aku hendak bangun, Malaikat Jibril datang dan meletakkan sayapnya di atas punggungku. Barulah sesudah sayapnya diangkat, aku bisa bangun dan meneruskan gerakan shalat.”
View this post on Instagram
“Mengapa demikian, wahai Rasulullah?” tanya sahabat.
“Aku pun tidak bertanya kepada Jibril,” kata Nabi SAW.
Sejurus kemudian, beliau menerima perkataan dari Jibril. Kepada beliau, sang malaikat memberi tahu bahwa rukuknya pada subuh tadi ditahan atas perintah Allah SWT.
“Allah mengutusku untuk menahan rukukmu tadi sehingga Ali dapat mengikuti shalat subuh,” ujar Jibril.