REPUBLIKA.CO.ID, DAMASKUS—Hubungan antara pemerintah Suriah yang baru dan Israel masih belum jelas. Ini di tengah berbagai upaya Israel untuk melemahkan kemampuan Damaskus untuk bangkit kembali dengan mendorong kecenderungan separatis di kalangan minoritas, baik secara politik maupun militer.,
Dalam sebuah langkah yang digambarkan oleh para analis sebagai langkah yang ekspansif dan oleh pihak lain sebagai langkah taktis, pemerintah Suriah telah memulai pembicaraan langsung dengan Israel.
Aljazeera, mengutip sebuah sumber, menyebutkan pembicaraan tersebut berlangsung di bawah naungan Amerika Serikat untuk mendiskusikan pengaturan keamanan di perbatasan.
Channel 12 Israel melaporkan pada Ahad (17/8/2025), Menteri Urusan Strategis Ron Dermer dan utusan AS Tom Barak akan bertemu dengan Menteri Luar Negeri Suriah Asaad al-Shibani di ibukota Prancis, Paris, untuk membahas pengaturan keamanan di perbatasan kedua negara, tanpa memberikan rincian lebih lanjut.
Channel 13 Israel melaporkan bulan lalu bahwa ketiga pejabat tersebut mengadakan pertemuan yang sangat penting di Paris, namun tidak menjelaskan lebih lanjut mengenai rincian pertemuan tersebut.
Kantor Berita Suriah (SANA) mengkonfirmasi bahwa al-Shibani bertemu dengan delegasi Israel di Paris pada Selasa (19/8/2025) untuk mendiskusikan sejumlah berkas yang berkaitan dengan peningkatan stabilitas di wilayah tersebut dan Suriah selatan."
BACA JUGA: Pengakuan Biarawati AS yang Mukim Lama di Palestina tentang Hamas dan Israel Hebohkan Dunia
Langkah yang luas dan bebas
Pertemuan ini adalah yang pertama kali diumumkan secara resmi oleh Damaskus. Para analis percaya ini merupakan langkah luas dan bebas Suriah terhadap Israel yang tidak merahasiakan niatnya untuk memecah belah Suriah serta membuatnya menjadi negara yang kehilangan kepentingan historis dan geopolitiknya.
Namun yang lain percaya bahwa pertemuan ini tidak mencerminkan strategi jangka panjang Suriah tetapi lebih sebagai taktik untuk menyelesaikan beberapa perselisihan internal yang menghalangi persatuan warga Suriah dan pembentukan negara baru yang tidak akan menjadikan teman sebagai musuh dan musuh sebagai teman, seperti yang diyakini sebagian orang.
