REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Di antara peristiwa penting dalam sejarah perjalanan dakwah Nabi Muhammad SAW adalah perpindahan kiblat. Titik yang padanya kaum Muslimin menghadap kala shalat berpindah, yakni dari Masjid al-Aqsha di Palestina menjadi Ka'bah di Masjidil Haram, Makkah al-Mukarramah.
Ibnu Ishaq dalam sebuah riwayat menyampaikan keadaan musuh-musuh Islam ketika kiblat kaum Muslimin dipindah dari al-Quds ke Makkah. Saat itulah, beberapa orang Yahudi mendatangi Nabi Muhammad SAW.
Mereka antara lain adalah Rafa'ah bin Qais, Qardam bin Amr, Ka'b bin al-Ashraf, Rafi bin Abi Rafi, dan al-Hajjaj bin Amr. Orang-orang Yahudi ini merasa, Rasulullah SAW telah berputus dari tradisi yang sama dengan mereka, yakni menjadikan Baitul Makdis sebagai pusat.
Perubahan arah kiblat dari al-Aqsha ke Ka'bah terjadi pada bulan Rajab tahun ke-12 Hijriyah. Saat itu, Nabi SAW sedang mengimami shalat zuhur berjamaah yang mula-mula menghadap ke arah Palestina. Dalam riwayat lain, itu terjadi ketika beliau memimpin shalat ashar.
Saat surah al-Baqarah ayat ke-144 turun, Rasulullah SAW baru melaksanakan dua rakaat dalam shalatnya. Maka dengan turunnya ayat itu, beliau pun berputar 180 derajat sehingga menghadap ke arah Ka'bah di Makkah. Melihat itu, jamaah yang ikut shalat juga berputar dan tetap berada di belakang Nabi SAW.
Dengan nada angkuh, orang-orang Yahudi yang hendak konfrontasi ini berkata kepada Rasul SAW, "Wahai Muhammad! Apa salahmu sampai-sampai memindahkan kiblat dari al-Aqsha, padahal kamu mengaku seiman dan mempercayai Ibrahim? Kembalilah ke kiblat semula, di mana kami dulu mengikutimu dan mempercayaimu."
Sesaat kemudian, turunlah wahyu kepada Rasulullah SAW. Yakni, ayat Alquran yang menanggapi perkataan kaum Yahudi itu.
View this post on Instagram