Rabu 19 Mar 2025 14:49 WIB

Kisah Wanita Yahudi Meracuni Rasulullah

Zainab binti al-Harits menambahkan racun pada daging yang akan dimakan Nabi SAW.

Wanita yang meracuni Nabi SAW berasal dari kalangan Yahudi (ilustrasi)
Foto: abc.net.au
Wanita yang meracuni Nabi SAW berasal dari kalangan Yahudi (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Perang Khaibar terjadi pada bulan Muharram tahun ketujuh Hijriyah. Meski berakhir dengan kemenangan pasukan Muslim, pertempuran itu menyisahkan tragedi pada masa sesudahnya.

Dikutip dari buku Para Penentang Muhammad SAW karya Misran Jusan dan Armansyah, mulanya, pasukan Muslim berhasil mengalahkan musuh dalam Perang Khaibar yang meletus pada akhir tahun keenam Hijriyah.

Baca Juga

Khaibar merupakan basis Yahudi yang cukup besar. Di daerah itu, banyak berdiri benteng-benteng yang dihuni sejumlah kelompok Arab yang anti-Islam. Jaraknya sekitar 100 mil arah barat laut Madinah. Para pemimpin mereka berkomplot untuk menyerang Madinah.

Akan tetapi, Rasulullah SAW lebih dahulu mengetahui rencana jahat ini. Beliau pun memimpin pasukan untuk mengepung Khaibar. Akhirnya, kaum Yahudi setempat bersedia melakukan perundingan damai dengan Muslimin. Bagaimanapun, itu bukanlah akhir dari peristiwa Khaibar.

Di antara para penghuni benteng, tersebutlah Zainab binti al-Harits. Perempuan Yahudi ini menaruh dendam kesumat pada Nabi SAW dan kaum Muslimin umumnya. Dalam peperangan terakhir, dia kehilangan ayah, paman, dan suaminya. Wanita ini pun menyiapkan rencana jahat untuk melampiaskan dendam itu.

Waktu itu, keadaan sudah damai. Pasukan Muslimin yang baru pulang dari pengepungan Khaibar merasa lelah dan bersiap-siap istirahat. Sementara itu, beberapa orang Khaibar mengabarkan kepada mereka hingga tiba ke Rasul SAW.

Masyarakat Khaibar hendak menghadiahkan sajian makanan kepada kaum Muslimin, termasuk Nabi SAW. Semua jamuan pun siap dan tersaji. Di antara semua hidangan, terdapat satu yang tampak mencolok, yakni domba panggang. Jenis masakan itu memang masyhur sebagai kegemaran Rasulullah SAW, sehingga para sahabat meletakkannya di depan tempat duduk beliau.

Ketika kaum Muslimin hendak menyantap hadiah itu, tiba-tiba beliau berkata, “Cukup! Berhentilah kalian makan.” Para sahabat terkejut.

Beliau lalu menjelaskan, ada racun di dalam makanan yang dihadiahkan orang-orang Khaibar itu.

Rasul SAW lantas menyuruh para sahabat untuk membawa Zainab binti al-Harits ke hadapannya. Sebab, perempuan itulah yang menjadi juru masaknya.

“Apakah engkau membubuhi racun pada domba panggang ini? tanya Rasul SAW.

“Siapa yang memberitahukannya kepadamu?” tanya Zainab kembali.

“Daging domba inilah (yang memberi tahu),” ujar beliau.

Akhirnya, Zainab mengaku sebagai pelakunya. Para sahabat begitu marah terhadap perempuan tersebut. Bahkan, salah seorang di antaranya meminta persetujuan Nabi SAW untuk membunuhnya. "Wahai Rasulullah, bolehkah kami membunuh perempuan ini?"

"Jangan lakukan itu," kata Rasulullah SAW.

Demikianlah, Nabi SAW memilih untuk memaafkan Zainab binti al-Harits. Beliau menginstruksikan kepada para sahabat yang telanjur mengonsumsi sajian itu agar melakukan bekam. Hal itu supaya zat beracun yang sempat masuk ke dalam tubuh mereka dapat dikeluarkan.

Di antara mereka, ada yang tak selamat, yakni Bisyr bin al-Barra'. Sebab, lelaki ini terlanjur menelan sajian yang ada di hadapannya.

Bagaimanapun, efek racun yang dibuat Zainab terus membekas pada fisik Rasul SAW. Pada hari-hari terakhir kehidupannya, beliau sakit keras. Dalam kondisi demikian, al-Musthafa dijenguk oleh ibunda Bisyr bin al-Barra'.

 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 

A post shared by Republika Online (@republikaonline)

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement