REPUBLIKA.CO.ID, DOHA— Pada 5 Maret 2025, Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengeluarkan peringatan keras kepada Hamas melalui Truth Social, mengawali pesannya dengan kalimat "Shalom Hamas", menjelaskan bahwa kata tersebut berarti "halo dan selamat tinggal" pada saat yang bersamaan.
Trump kemudian menuntut pembebasan segera semua sandera dan pengembalian jasad mereka yang terbunuh, dan mengancam bahwa ketidakpatuhan akan menyebabkan "akhir dari segalanya".
Dia juga mengindikasikan bahwa Amerika Serikat akan menyediakan segala yang dibutuhkan Israel untuk "menyelesaikan pekerjaan", dan memperingatkan bahwa tidak ada anggota Hamas yang akan aman jika tuntutan mereka tidak dipenuhi.
Trump meminta para pemimpin Hamas untuk meninggalkan Gaza sebelum terlambat, dan menekankan bahwa masa depan yang cerah menanti warga Gaza jika para sandera dibebaskan, jika tidak, konsekuensinya akan mengerikan.
Hampir dua pekan setelah ancaman tersebut, pesawat-pesawat Israel menghujani Gaza dengan bom dan penindasan di langit dan daratan Gaza, di tengah-tengah waktu sahur di bulan Ramadan, ketika Gaza masih dalam masa pemulihan dari agresi brutal yang berlangsung selama hampir satu setengah tahun.
Apakah Israel melakukannya?
Dengan setiap eskalasi militer Israel terhadap Gaza, pertanyaan ini selalu muncul yaitu apakah ini perang taktis untuk melemahkan perlawanan, atau sebuah langkah dalam rencana strategis jangka panjang untuk mengubah peta demografi dan politik di Palestina? Apakah Israel melakukannya kali ini? Pemindahan?
Sekilas, tampaknya eskalasi baru Israel ditujukan untuk membuat terobosan dalam file tahanan dan menggigit jari Hamas untuk membebaskan para tentara Israel dan mereka yang memiliki kewarganegaraan ganda Presiden Amerika Serikat Trump.
BACA JUGA: Berkat Kecerdasan Ilmuwan Iran, Program Nuklir tak Dapat Diserang atau Dibom Sekalipun
Secara lebih luas, beberapa pihak melihat perang ini sebagai "pencegahan" belaka, sementara yang lain percaya bahwa perang ini merupakan bagian dari rencana yang lebih luas yang telah dicoba untuk dilaksanakan oleh Israel selama beberapa dekade, dengan memanfaatkan kelemahan tatanan regional dan perubahan prioritas negara-negara besar.
Apakah kita sedang menghadapi sebuah perang baru atau sebuah usaha untuk merumuskan sebuah persamaan yang sama sekali berbeda?
