Rabu 19 Mar 2025 20:06 WIB

Rezim Netanyahu Ngebom Gaza saat Ramadhan, Bukti Nyata Genosida

Genosida di Gaza itu dilakukan setelah Zionis Israel merasa buntu.

Rep: Fuji E Permana/ Red: Muhammad Hafil
Para pelayat berkumpul di sekitar jenazah warga Palestina yang terbunuh akibat serangan udara tentara Israel saat mereka dibawa ke Rumah Sakit Al-Ahli di Kota Gaza, Selasa, 18 Maret 2025.
Foto: AP Photo/Abdel Kareem Hana
Para pelayat berkumpul di sekitar jenazah warga Palestina yang terbunuh akibat serangan udara tentara Israel saat mereka dibawa ke Rumah Sakit Al-Ahli di Kota Gaza, Selasa, 18 Maret 2025.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Rezim Benjamin Netanyahu, kembali membom Jalur Gaza di semua wilayahnya di Utara, Tengah, dan Selatan pada Selasa (18/3/2025). Genosida di Gaza itu dilakukan setelah Zionis Israel merasa buntu menghadapi perundingan gencatan senjata fase kedua. 

Ketua Presidium Aqsa Working Group (AWG), Anshorullah mengatakan, padahal sebagian warga sedang mempersiapkan sahur Ramadhan dalam gulita. Sedangkan sebagian lainnya hanya menunggu waktu Subuh karena tidak ada makanan untuk sahur. 

Baca Juga

"Akibat dibom Israel, lebih dari 400 korban menemui syahidnya, mayoritas anak-anak dan perempuan Palestina," kata Anshorullah kepada Republika, Rabu (19/3/2025)

Ia mengatakan, Zionis Israel yang dipersenjatai Amerika Serikat (AS) tidak puas hanya dengan menutup perbatasan yang membuat anak-anak Palestina di Gaza kelaparan sampai mati. Mereka bahkan tidak memperdulikan bulan Ramadhan.

Serangan serampangan dan barbar yang hanya mungkin dilakukan oleh entitas atau orang yang berhati iblis itu membuktikan bahwa sejatinya target mereka adalah genosida dan pembersihan etnik bangsa Palestina di Gaza. 

"Netanyahu menyabotase gencatan senjata fase kedua hanya karena ingin melanjutkan kezaliman itu," ujar Anshorullah.

Aqsa Working group mengutuk sekerasnya kejahatan rezim Netanyahu dan Zionis Israel yang telah benar-benar frustrasi bahkan sakit jiwa. Netanyahu bersama Trump sedang menantang hukum internasional, nilai-nilai kemanusiaan, dan nilai keadilan.

AWG memperingatkan kepada siapa saja bahwa dua orang sakit jiwa itu hanya akan menjerumuskan umat manusia pada kehinaan dan kehancuran. Bahasa perundingan dan diplomasi internasional sudah tidak relevan di hadapan mereka.

AWG menyerukan kepada seluruh negara anggota PBB, untuk berhenti berhubungan dengan entitas Zionis Israel. Usir duta besar mereka. Blokir aset-asetnya. Itu akan menjadi cara satu-satunya, selain perang, untuk menghentikan kejahatan dan impunitas Zionis Israel dan sekaligus membuka jalan bagi kemerdekaan bangsa Palestina.

"AWG menyerukan PBB dan negara-negara Arab agar segera melakukan pertemuan darurat lalu secara bersama-sama dalam satu barisan memperkuat negeri yang terus melakukan perlawanan terhadap entitas Zionis di kawasan itu," ujar Anshorullah.

Anshorullah menegaskan, AWG memperingatkan kepada rakyat Amerika agar segera menjauhkan kehidupan mereka dari Zionis Israel. Karena entitas itu adalah parasit yang hanya mementingkan diri sendiri dan membawa kehancuran dan kehinaan untuk Amerika. 

"Zionisme telah menjadi wabah yang menjangkiti pemerintahan Amerika selama bertahun-tahun," ujar Anshorullah.

Anshorullah mengatakan, Aqsa Working Group menyerukan rakyat Amerika untuk berhenti mengikuti pemimpin mereka yang menjadi pendukung kejahatan Zionis Israel di Palestina. Kepada bangsa Palestina di garis depan dan seluruh umat manusia diserukan agar tetap tabah dan sabar dalam menggelorakan perlawanan. Teruskan dan perkuat gerakan global boikot semua produk yang terafiliasi dengan Zionis. Demi kemerdekaan Palestina, demi terbebaskannya Masjid Al Aqsa, dan demi perdamaian dunia yang hakiki.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement