Selasa 18 Mar 2025 00:00 WIB

Eskalasi di Gaza Meningkat, Apa yang Sebenarnya Diinginkan Zionis Israel?

Israel terus lakukan serangan di Jalur Gaza.

Warga Palestina menyalati jenazah mereka yang syahid di kuburan massal di halaman Rumah Sakit Shifa, Kota Gaza, pada Kamis, 13 Maret 2025.
Foto: AP Photo/Abdel Kareem Hana
Warga Palestina menyalati jenazah mereka yang syahid di kuburan massal di halaman Rumah Sakit Shifa, Kota Gaza, pada Kamis, 13 Maret 2025.

REPUBLIKA.CO.ID,  GAZA- Israel telah meningkatkan agresinya terhadap Gaza dan secara langsung menargetkan warga Palestina, setelah menyegel penyeberangan Jalur Gaza sejak awal bulan ini dan mencegah masuknya bantuan dan bahan makanan, yang bertentangan dengan kesepakatan gencatan senjata.

Pada hari Sabtu (15/3/2025), dikutip dari Aljazeera tentara penjajah Israel menargetkan jurnalis dan warga yang bekerja di bidang amal ketika mereka berada di kota Beit Lahia di Gaza utara, menewaskan 10 orang, sementara penjajah terus menembaki warga di wilayah utara, timur dan selatan Jalur Gaza.

Baca Juga

Perilaku Israel ini menimbulkan pertanyaan tentang tujuan yang ingin dicapai dan sifat jalan yang akan diambil dalam menangani Jalur Gaza.

Perebutan posisi

Sebuah sumber di Gerakan Perlawanan Islam (Hamas) mengatakan bahwa eskalasi Israel merupakan bagian dari serangkaian pelanggaran perjanjian gencatan senjata yang dimulai pada 19 Januari lalu.

Israel kemudian meningkatkan serangan militer setelah berakhirnya fase pertama perjanjian, memperketat pengepungan, menutup penyeberangan, dan melakukan pembantaian terhadap warga, seperti yang terjadi di kota Beit Lahia kemarin.

"Jelas bahwa bagian dari tujuan utama eskalasi Israel secara bertahap adalah untuk menekan juru runding Palestina agar mengambil posisi terkait kartu tawanan pendudukan dari pihak perlawanan," katanya kepada Al Jazeera Net.

Sumber yang sama menjelaskan bahwa langkah-langkah ini disertai dengan perang psikologis oleh pimpinan penjajah dan anggota pemerintahan Amerika Serikat, untuk menekan dukungan rakyat, yang telah kelelahan akibat perang dan pengepungan, dan terus menakut-nakuti mereka dengan kembalinya perang dan kelaparan, sebagai bagian dari tekanan yang diberikan kepada Hamas dan delegasi perundingannya.

Dia menekankan bahwa perang 470 hari yang dilancarkan Israel di Gaza tidak berhasil mematahkan kemauan Palestina atau memeras posisi dan menyerah, dan bahwa apa yang tidak berhasil diperoleh penjajah di bawah serangan, tidak akan dapat dicapai di bawah tekanan.

Sumber Hamas menekankan bahwa pelanggaran tentara penjajah terhadap perjanjian gencatan senjata membutuhkan tindakan cepat dari para mediator untuk menghentikan agresi "karena eskalasi tersebut tidak sesuai dengan pelaksanaan perjanjian."

Wall Street Journal melaporkan bahwa Israel sedang mempersiapkan rencana untuk kembali bertempur di Gaza, yang mencakup langkah-langkah untuk secara bertahap meningkatkan tekanan terhadap Hamas.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement