REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON— Organisasi-organisasi Yahudi dan Muslim mengecam penggunaan istilah "Palestina" oleh Presiden Amerika Serikat Donald Trump sebagai upaya untuk menghina pejabat Yahudi terpilih tertinggi di Amerika Serikat.
Dalam sambutannya kepada para wartawan di Ruang Oval pada hari Rabu (12/3/2025), Trump mengatakan bahwa Senator Demokrat dari New York, Chuck Schumer, "telah menjadi seorang Palestina". "Dia adalah seorang Yahudi. Dia bukan orang Yahudi lagi, dia orang Palestina," kata Trump dikutip dari Aljazeera, Sabtu (15/3/2025).
Senator veteran dan pemimpin minoritas Senat ini adalah seorang pembela Israel, namun telah menyatakan dukungannya terhadap solusi dua negara untuk konflik Israel-Palestina dan telah mengkritik perilaku Israel dalam perang di Gaza.
Kritik demi kritik
Organisasi-organisasi Yahudi dan Muslim mengkritik pernyataan Trump sebagai sesuatu yang ofensif. Anti-Defamation League, sebuah organisasi Yahudi, mengatakan dalam sebuah pernyataan di Facebook, "Presiden memiliki banyak kekuasaan, tetapi tidak satu pun dari kekuasaan itu termasuk menentukan siapa yang Yahudi dan siapa yang tidak."
Melakukan hal itu, dan menggunakan kata 'Palestina' sebagai penghinaan, adalah tindakan yang tidak pantas dilakukan oleh presiden Amerika Serikat manapun.
Nihad Awad, Direktur Eksekutif Dewan Hubungan Amerika-Islam (CAIR), juga meminta Trump untuk meminta maaf, dan menambahkan bahwa penggunaan istilah "Palestina" sebagai penghinaan rasial "menyinggung dan tidak pantas dilakukan oleh presiden".
BACA JUGA: Berkat Kecerdasan Ilmuwan Iran, Program Nuklir tak Dapat Diserang atau Dibom Sekalipun
Hallie Soifer, CEO Dewan Demokratik Yahudi Amerika, juga mengutuk pernyataan Trump sebagai "penuh kebencian".
"Sejak menjabat, Trump telah memperkuat teori konspirasi anti-Semit dan menyerang demokrasi kita."
