REPUBLIKA.CO.ID, TEL AVIV— Channel 13 Israel mengutip mantan Kepala Dinas Keamanan Umum Israel (Shin Bet) Nadav Argaman yang mengatakan bahwa jika Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu bertindak melanggar hukum.
“Saya akan mengungkapkan semua yang saya ketahui, sementara Netanyahu menolak apa yang dia gambarkan sebagai "ancaman kriminal bergaya mafia" dan mengatakan bahwa dia akan melakukan apa pun yang diperlukan untuk memastikan keamanan warga Israel,” dikutip dari Aljazeera, Kamis (14/3/2025).
"Kita harus segera mengakhiri perang di Gaza dan mengembalikan semua tawanan," kata Argaman. "Tidak ada alasan untuk tetap tinggal di Jalur Gaza.”
Netanyahu menanggapi Argaman dengan mengatakan tidak pernah sebelumnya dalam sejarah Israel, seorang mantan kepala Dinas Keamanan mengancam dan memeras Perdana Menteri yang sedang menjabat di televisi secara langsung.
"Ini adalah pelanggaran yang ditambahkan ke seluruh kampanye pemerasan dan ancaman yang dipimpin oleh kepala Shin Bet saat ini," katanya, seraya menambahkan, “Satu-satunya tujuan adalah untuk mencegah saya mengambil keputusan yang diperlukan untuk mereformasi Shin Bet setelah kegagalan yang memalukan pada tanggal 7 Oktober lalu."
Argaman, yang tidak bisa berbahasa Arab, digambarkan sebagai orang yang mengenal masyarakat Palestina dengan baik, karena selalu berhubungan dengan mereka sepanjang waktu selama Intifada Palestina Kedua, dan sangat terlibat dalam Operasi Tembok Pertahanan di Tepi Barat pada 2002.
Menurut sumber-sumber keamanan Israel, Argaman bertanggung jawab untuk menyediakan layanan lapangan untuk unit tempur dan kontra intelijen, dan merupakan dalang di balik pembunuhan banyak pemimpin Palestina, terutama dari Gerakan Perlawanan Islam (Hamas), seperti Ahmed al-Jaabari, pemimpin sayap militernya, Brigade Izzuddin al-Qassam, yang dibunuh oleh Israel pada November 2012.
Pada September, sebelum perjanjian gencatan senjata antara Hamas dan Israel, Argaman menyerukan diakhirinya pertempuran di Jalur Gaza dan diakhirinya perang, dengan mengatakan bahwa Israel tidak memenuhi syarat untuk perang yang panjang.
Dalam pernyataan yang dikutip oleh Channel 12 Israel, Argaman menambahkan bahwa perang ini seharusnya sudah berakhir sejak lama, dan menekankan bahwa nyawa orang-orang yang diculik lebih penting daripada apa pun, dan mereka harus dikembalikan meskipun ada harga yang harus dibayar dalam kesepakatan ini.
Argaman mengkritik Netanyahu, dengan mengatakan bahwa apa yang mendorongnya saat ini adalah kelanjutan kekuasaannya dan pelestarian koalisinya, bukan keamanan Israel.