Kamis 27 Feb 2025 20:34 WIB

RI Kedatangan Empat Aktivis Rohingya Untuk Meminta Dukungan

Rohingya membutuhkan banyak bantuan.

Rep: Fuji Eka Permana/ Red: Erdy Nasrul
Ilustrasi pengungsi rohingya.
Foto: AP Photo/Binsar Bakkara
Ilustrasi pengungsi rohingya.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Indonesia kedatangan empat aktivis Rohingya, mereka mengingatkan kembali dunia termasuk Indonesia bahwa etnis Rohingya masih menjadi korban kezaliman dan kejahatan kemanusiaan.

Guru Besar Bidang Hukum dari Fakultas Hukum Universitas Indonesia (UI), Profesor Heru Susetyo mengatakan, empat aktivis Rohingya yang datang ke Indonesia di antaranya pimpinan The Arakan Rohingya National Organisation (ARNO) dan Arakan Rohingya National Alliance (ARNA), yakni Nurul Islam, Nezamul Hasan dan dua orang lainnya. Tujuan kedatangan mereka ke Indonesia untuk kembali melakukan advokasi kepada orang-orang Rohingya yang terdampar atau yang jadi pengungsi atau pencari suaka di Indonesia.

Baca Juga

"Karena kondisi mereka (pengungsi Rohingya) tidak menentu, kondisinya tidak jelas, banyak manusia perahu Rohingya datang dari Bangladesh, dari Myanmar, terdampar di Aceh, terdampar di Sumatera Utara, kondisinya memprihatinkan," kata Prof Heru kepada Republika usai berdiskusi dengan aktivis Rohingya di Gedung Filantropi Dompet Dhuafa, Rabu (26/2)

Ia menerangkan, Indonesia jarang sekali mengusir pengungsi Rohingya. Tapi lama-kelamaan masyarakat mulai menolak mereka.

Awalnya masyarakat menyambut baik pengungsi Rohingya, tapi setelah dua sampai tiga tahun, masyarakat mulai menolak. Karena mungkin kondisi pengungsi Rohingya dan masyarakat sama-sama miskin. Selain itu juga keduanya butuh pekerjaan.

Selain itu, Prof Heru mengungkapkan, di tahun politik, isu pengungsi Rohingya di Indonesia dibuat hoaks oleh buzzer para politisi. Terbukti setelah tahun politik lewat, tidak ada lagi isu serupa yang muncul.

"Namun terlepas ada hoaks atau tidak, tetap kondisi orang Rohingya itu tetap memprihatinkan, sebenarnya jumlahnya tidak terlalu banyak di Indonesia mungkin sekitar 3.000 sampai 4.000 orang Rohingya," ujar Prof Heru.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement