REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Partai Baath, partai penguasa Suriah di era dinasti Assad yang baru runtuh, pada Rabu menyatakan keputusan menangguhkan aktivitasnya hingga waktu yang belum ditentukan.
"Pengurus Partai telah membuat keputusan untuk menangguhkan aktivitas Partai dalam semua bentuk hingga waktu yang belum ditentukan," demikian menurut partai tersebut melalui pernyataan mereka, sebagaimana dilaporkan surat kabar Suriah, Al Watan.
Partai Baath menyatakan bahwa keputusan tersebut dibuat "Setelah mengkaji situasi politik, sosial, dan ekonomi dengan mempertimbangkan kepentingan nasional".
Dengan penangguhan tersebut, semua persenjataan dan peralatan milik partai akan diserahkan kepada pihak kepolisian, ucap Partai Baath.
"Semua aset materi akan dialihkan kepada kementerian keuangan di bawah dukungan kementerian kehakiman," demikian pernyataan partai itu.
Partai Baath didirikan di Suriah pada 1946 dan berlandaskan pada ideologi Baathisme yang menggabungkan nilai-nilai sosialisme dengan nasionalisme Arab.
Cabang-cabang partai tersebut kemudian bermunculan di negara-negara Arab, termasuk Lebanon, Yordania, Libya, dan Arab Saudi.
Partai Baath menjadi partai penguasa di Suriah sejak 1963 hingga akhir 2024, sementara Partai Baath memerintah Irak dari pertengahan 1960-an hingga awal 2000-an ketika rezim Saddam Hussein jatuh.