REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Seperti kelompok etnis lain di Timur Tengah misalnya Kurdi, suku Druze tinggal di beberapa negara yang berbeda, dipisahkan oleh perbatasan yang dibuat setelah runtuhnya Kekaisaran Ottoman pada awal tahun 1920-an.
Namun, tidak seperti Kurdi yang sebagian besar beragama Islam, Druze adalah kelompok agama dan etnis yang unik. Tradisi mereka sudah ada sejak abad ke-11 dan menggabungkan unsur-unsur Islam, Hindu, dan bahkan filosofi Yunani klasik.
Saat ini lebih dari satu juta anggota komunitas Druze tinggal di Suriah dan Lebanon. Di Israel dan Yordania, jumlah mereka lebih sedikit.
Di Israel (negara yang merebut dan menjajah Palestina), Druze adalah komunitas yang erat dan aktif dalam kehidupan publik, menurut sebuah studi baru dari Pew Research Center tentang Israel. Mereka membentuk sekitar 2 persen dari populasi negara dan sebagian besar tinggal di wilayah utara Galilea, Karmel, dan Dataran Tinggi Golan.
Berikut adalah lima fakta tentang Druze di Israel, dikutip dari hasil riset Pew Research Center, 2016.
Pertama
Sembilan dari sepuluh orang Druze Israel mengatakan bahwa mereka memiliki rasa memiliki yang kuat terhadap komunitas Druze, jumlah yang hampir sama (93 persen) mengatakan bahwa mereka bangga menjadi orang Druze.
Sekitar dua pertiga mengatakan bahwa mereka memiliki tanggung jawab khusus untuk membantu orang-orang Druze yang membutuhkan di seluruh dunia. Sekitar tujuh dari sepuluh orang Druze (72 persen) mengatakan bahwa identitas agama mereka sangat penting bagi mereka.
Namun, ketika ditanya apakah identitas Druze mereka terutama adalah masalah agama, budaya, leluhur atau kombinasi dari elemen-elemen tersebut. Sekitar delapan dari sepuluh mengatakan bahwa menjadi Druze pada dasarnya adalah tentang leluhur atau budaya (33 persen) atau kombinasi antara agama dan leluhur atau budaya (47 persen).