REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kebaikan menjadi obat bagi setiap kekhawatiran. Kebijaksanaan adalah simbol kecerdasan.
Maka, sungguh kebahagiaan pun hadir dari dahsyatnya prasangka baik yang tanpa henti menjadi sumber kekuatan dalam kehidupan.
Dari Abu Hurairah RA berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Aku berada dalam prasangka hamba-Ku, dan Aku selalu bersamanya jika ia mengingat-Ku, jika ia mengingat-Ku dalam dirinya, maka Aku mengingatnya dalam diri-Ku, dan jika ia mengingat-Ku dalam perkumpulan, maka Aku mengingatnya dalam perkumpulan yang lebih baik daripada mereka,
jika ia mendekatkan diri kepada-Ku sejengkal, maka Aku mendekatkan diri kepadanya sehasta, dan jika ia mendekatkan diri kepada-Ku sehasta, Aku mendekatkan diri kepadanya sedepa, jika ia mendatangi-Ku dalam keadaan berjalan, maka Aku mendatanginya dalam keadaan berlari.” (HR Bukhari).
Hadis ini menjelaskan tentang pentingnya berprasangka baik. Prasangka baik adalah sikap terpuji yang hendaknya dimiliki oleh setiap insan.
Melalui prasangka baik itulah kita senantiasa dikabulkan setiap keinginannya dan memperoleh ribuan pahala kebaikan sebagai tanda kasih sayang dari Tuhan.
Allah SWT berfirman, “Wahai orang-orang yang beriman, jauhilah banyak prasangka! Sesungguhnya sebagian prasangka (prasangka buruk) itu dosa.” (QS al-Hujurat: 12).
Sedikitnya, ada empat buah segar yang dapat kita petik dari dahsyatnya prasangka baik.