REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Agama Nasaruddin Umar menyatakan bahwa perdamaian antarumat beragama menjadi tolok ukur prestasi terbesar kementerian yang sedang dipimpinnya itu selain ukuran formal seperti predikat wajar pengecualian (WTP) dari Badan Pemeriksa Keuangan.
Pernyataan tersebut diungkapkan Nasaruddin dalam Seminar Natal Nasional 2024 yang mengusung tema Gereja Berjalan Bersama Negara: Semakin Beriman, Humanis dan Ekologis di Auditorium M.H Rasjidi Kementerian Agama RI, Jakarta, Kamis.
Menurut dia, kunci untuk mencapai perdamaian antarumat beragama tersebut adalah rasa cinta, keikhlasan hati setiap individu dalam menerima berbagai perbedaan pandangan, khususnya kalangan pemimpin maupun tokoh agama dalam menjalani kehidupan berbangsa dan bernegara.
“Jika cinta sudah bekerja maka perbedaan akan hilang, tembok tinggi akan runtuh dan yang terjadi adalah kesatuan persatuan,” kata dia, seraya menambahkan hal ini sebagaimana semboyan negara, yakni Bhineka Tunggal Ika (walau berbeda tetap satu jua) yang sudah melekat dalam jiwa rakyat Indonesia.
Kemenag dari serangkaian program kerjanya dinilai cukup berhasil untuk menumbuhkan perdamaian antarumat beragama di Indonesia. Berdasarkan hasil survei Badan Litbang dan Diklat Kemenag yang mencatat indeks kerukunan umat beragama (IKUB) pada 2024 meningkat menjadi sebesar 76,47 persen dibandingkan dua tahun sebelumnya sebesar 73,09 persen.
Pada level selanjutnya, Nasaruddin berharap perdamaian berasaskan kecintaan antarumat beragama tersebut juga perlu diaplikasikan ke dalam upaya pelestarian lingkungan, sehingga kekayaan sumber daya di Indonesia tidak dipandang sebagai objek eksploitasi dan memicu kerusakan alam yang lebih buruk.