Rabu 18 Dec 2024 16:43 WIB

AS Janjikan Gencatan Senjata di Gaza Beberapa Pekan ke Depan

Dia mengakui ada tantangan untuk merealisasikan gencatan senjata.

Juru Bicara Kemenlu AS, Matthew Miller.
Foto: Dok Anadolu
Juru Bicara Kemenlu AS, Matthew Miller.

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Amerika Serikat tetap berharap bahwa kesepakatan gencatan senjata dan pertukaran sandera di Gaza dapat tercapai dalam beberapa pekan mendatang. AS mengeklaim terus berupaya untuk menjembatani perbedaan terakhir antara pihak yang terlibat.

Pernyataan tersebut disampaikan oleh Juru Bicara Departemen Luar Negeri AS, Matthew Miller, sebagaimana dilaporkan Anadolu pada Rabu (18/12/2024). Miller menekankan pentingnya mencapai kesepakatan, dan mengungkapkan frustrasi atas kemunduran yang berulang dalam negosiasi.

Baca Juga

"Kami yakin bahwa kami berada pada titik di mana kami seharusnya dapat mencapai kesepakatan. Perbedaan antara kedua pihak telah dipersempit sehingga semua perbedaan yang tersisa seharusnya dapat dijembatani," kata Miller.

Kendati demikian, dia mengakui adanya tantangan untuk merealisasikan gencatan senjata. Dia memperingatkan bahwa negosiasi sebelumnya terhenti meskipun tampaknya sudah hampir mencapai resolusi.

"Meski begitu, kami mengalami ini sebelumnya dan belum melihat kedua pihak mencapai kesepakatan," tambahnya.

Sebelumnya, Miller menyatakan "optimisme hati-hati" mengenai negosiasi di ibu kota Qatar, Doha, akan mengamankan sebuah kesepakatan.

Israel yang menurut kelompok tahanan memiliki lebih dari 10.000 warga Palestina di penjara-penjaranya, memperkirakan ada sekitar 100 sandera Israel di Gaza.

Kelompok Palestina Hamas telah mengatakan bahwa 33 sandera telah tewas dalam serangan udara Israel yang tidak pandang bulu di Gaza.

Upaya mediasi yang dipimpin oleh AS, Mesir, dan Qatar untuk mencapai gencatan senjata sejauh ini gagal akibat penolakan kepala otoritas Israel Benjamin Netanyahu untuk menghentikan perang di Gaza.

Israel terus melancarkan perang genosida di Gaza yang telah menewaskan lebih dari 45.000 orang yang sebagian besar adalah perempuan dan anak-anak, sejak serangan oleh Hamas pada 7 Oktober 2023.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement