REPUBLIKA.CO.ID, LONDON – Konflik yang berkepanjangan antara Israel, Gaza, dan Lebanon memang telah menimbulkan dampak kemanusiaan yang sangat besar. Namun, di balik penderitaan tersebut, ada keuntungan finansial yang mengalir deras ke bank besar dan investor Barat.
Data yang diperoleh Reuters menunjukkan bahwa volatilitas yang ditimbulkan oleh ketegangan ini telah memberikan keuntungan besar bagi perdagangan mata uang dan obligasi Israel. Diperkirakan pada 2024, pendapatan dari sektor ini bisa mencapai 475 juta dolar AS (sekitar Rp7,4 triliun), meningkat lebih dari 10 persen dibandingkan tahun sebelumnya (yoy).
Fluktuasi pasar yang tajam, terutama pada nilai tukar mata uang shekel, telah menjadi peluang emas bagi bank-bank besar global seperti JPMorgan Chase, Goldman Sachs, dan Citigroup. Dalam situasi ketidakpastian geopolitik ini, mereka dapat memanfaatkan pergerakan harga yang cepat untuk meraih keuntungan besar. JPMorgan, misalnya, diperkirakan telah meraup sekitar 70 juta dolar AS (Rp1,1 triliun) dari perdagangan terkait Israel sepanjang tahun ini.
"Volatilitas tinggi menciptakan kesempatan bagi para trader untuk meraih keuntungan dari pergerakan harga yang tajam. Itulah yang terjadi di pasar Israel saat ini," ujar Kepala Strategi Ekuitas Pasar Negara Berkembang di Tellimer Hasnain Malik dikutip dari Reuters, Kamis (28/11/2024).