Rabu 27 Nov 2024 20:47 WIB

Menjadi Saksi Terwujudnya Nubuat Nabi

Inilah kisah Suraqah bin Malik terharu lantaran menyaksikan benarnya nubuat Nabi SAW.

Ilustrasi Sahabat Nabi
Foto: MgIt03
Ilustrasi Sahabat Nabi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pada awalnya, Suraqah bin Malik al-Madlaji hendak membunuh Nabi Muhammad SAW. Namun, Allah Ta'ala tidak hanya menakdirkan gagalnya rencana itu, melainkan juga bahwa lelaki dari Suku Kinanah tersebut menerima hidayah Islam.

Ceritanya bermula dari proses hijrahnya Nabi SAW dan Abu Bakar ash-Shiddiq. Setelah kebanyakan Muslimin berhasil keluar dari Makkah al-Mukarramah untuk menuju Madinah, kedua insan tersebut barulah mewujudkan rencana.

Baca Juga

Oleh Rasulullah SAW, Ali bin Abi Thalib disuruh untuk pura-pura tidur di atas ranjang beliau. Dengan begitu, orang-orang musyrikin yang sedang memburunya mengira bahwa Muhammad SAW masih berada di dalam kamar.

Dengan pertolongan Allah SWT, Nabi SAW dan Abu Bakar berhasil melewati batas Kota Makkah. Orang-orang kafir yang sejak sore berjaga di dekat rumah Rasulullah SAW terkejut ketika mendapati bahwa yang ada di dalam kamar bukanlah target utama mereka, melainkan Ali. Merasa kecolongan, para musyrikin ini pun segera memacu kuda masing-masing, berharap dapat menangkap Muhammad SAW di tengah gelapnya malam.

Saat itu, Suraqah bin Malik tidak termasuk dalam kelompok pemburu tersebut. Bagaimanapun, lelaki dari Bani Madlaji itu amat tergiur dengan sayembara yang dibuat para pemuka Quraisy, “Barangsiapa yang bisa meringkus Muhammad (SAW) dalam keadaan hidup ataupun mati, akan mendapatkan harta, termasuk seratus ekor unta betina yang sedang bunting.”

Begitu mendengar kabar bahwa sasaran orang-orang Quraisy itu telah berhasil keluar dari batas kota, Suraqah pun memulai perburuan sendirian. Berbeda dengan mereka, ia amat mengenal rute Makkah-Madinah, termasuk jalur-jalur yang tidak biasa dilalui kafilah pedagang. Sebelum fajar menyingsing, lelaki itu sudah dapat mendeteksi titik lokasi Rasulullah SAW dan Abu Bakar.

Kira-kira, jaraknya dengan kedua targetnya itu hanya 1 km. Bahkan, dari tempatnya berada Suraqah sudah bisa melihat dengan jelas jejak kaki yang ditinggalkan Nabi SAW dan Abu Bakar.

Akhirnya, tampaklah bayangan sang al-Musthafa sedang duduk sendirian di tepian sebuah oasis kecil. Dengan penuh semangat, kuda dipacunya dan pedang pun dikeluarkan dari sarungnya.

Namun, tanpa disangka-sangka, tiba-tiba kaki kudanya tersandung. Suraqah seketika jatuh terguling dari punggung hewan tunggangannya. “Kuda sialan!” katanya menyumpah kesal.

Tanpa memedulikan rasa sakit, dinaikinya kembali kudanya itu. Belum jauh, kudanya lagi-lagi tersandung, bahkan lebih keras.

Hatinya kesal dan merasa sial. Sempat dirinya bermaksud pulang saja dan mengurungkan niatnya. Namun, rasa tamak akan beroleh hadiah 100 ekor unta masih menguasai dirinya. Maka, diteruskannya upaya membunuh Nabi SAW.

Belum begitu jauh Suraqah berpacu dari tempatnya jatuh tadi, ia kini bisa dengan jelas melihat Rasulullah SAW. Langsung saja, diulurkannya tangannya hendak mengambil busur. Namun, ajaib, tiba-tiba tangannya kaku, tidak dapat menggerakkan anak panahnya sedikit pun.

Petaka yang terjadi padanya bukan hanya itu. Sepersekian detik kemudian, kaki kudanya terbenam ke dalam pasir. Debu berterbangan di sekitarnya menyebabkan kedua mata Suraqah kelilipan dan tidak dapat melihat. Dicobanya menggerakkan kuda, tetapi tidak berhasil. Kaki hewan itu seakan-akan dipaku di bumi.

Dalam kepayahan, Suraqah pun berkata kepada Rasulullah SAW dengan nada memelas, “Wahai Muhammad! Berdoalah kepada Tuhanmu supaya Ia melepaskan kaki kudaku. Aku berjanji tidak akan mengganggu engkau!”

Rasulullah SAW berdoa, maka bebaslah kaki kuda Suraqah. Namun, lelaki itu ternyata tidak menepati janji. Begitu merasa bebas, ia pun kembali mengayun pedang, hendak menebas leher beliau.

Lagi-lagi, kaki kudanya terbenam dalam pasir. Bahkan, kini nyaris setengah badan hewan itu sudah tenggelam.

Suraqah pun memohon belas kasihan kepada Rasulullah, “Ambillah perbekalanku, harta dan senjataku. Aku berjanji, demi Allah, aku akan berhenti menyerangmu, dan akan kusampaikan kepada setiap orang Quraisy yang sedang melacak engkau di belakangku agar segera kembali ke Makkah.”

“Aku tidak butuh perbekalan dan hartamu. Cukuplah kalau engkau suruh kembali orang-orang yang hendak melacak kami berdua!” jawab Rasulullah SAW.

Dua janji

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement