Kamis 10 Oct 2024 10:14 WIB

Meneladan Rasulullah: Jalani Hidup dengan Sederhana

Kesederhanaan lebih baik daripada hidup bermegah-megahan.

Ilustrasi Rasulullah
Foto: Republika/Mardiah
Ilustrasi Rasulullah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Nabi Muhammad SAW adalah teladan paripurna. Dalam diri beliau, terdapat contoh universal yang menjadi pedoman bagi seluruh umat manusia.

Dalam menjalani kehidupan, Rasulullah SAW mengutamakan kesederhanaan. Beliau adalah sosok yang menerima siapa saja. Pribadinya jauh dari kesan elitis walau peran yang dijalaninya adalah pemimpin tertinggi umat Islam.

Baca Juga

Dengan hati bergetar penuh empati, beliau shalallahu 'alaihi wasallam penuhi undangan para dhuafa. Dengan getaran cinta, ia belai rambut anak-anak yatim. Sikapnya yang welas asih pada semua makhluk, telah diabadikan para penempuh jalan.

Ketika Allah SWT menawarkan Gunung Uhud digubah menjadi emas permata, dengan hati lembut Rasulullah SAW bersabda, "Allahumma Ya Allah, jadikanlah hamba lapar sehari dan kenyang sehari. Ketika lapar, hamba dapat bersabar dan ketika kenyang, hamba bersyukur kepada-Mu."

Langit seakan bergetar, angin dan samudera terdiam bisu. Betapa manusia pilihan yang di tangan kanannya tergenggam kekuatan matahari, di tangan kirinya terpancar kelembutan rembulan, hanya merintihkan doa permohonan seperti itu? Walau kerajaan dunia beserta kemewahannya bersimpuh, ia tak peduli.

Al Qamah RA memberi kesaksian bahwa Rasulullah SAW tidur beralaskan tikar dari daun kurma kering. Ketika bangun, goresan tikar itu membekas di wajahnya. Kami berkata, "Wahai Rasulullah, apabila engkau mau, kami akan membuatkan untukmu tempat peraduan."

Kemudian Rasulullah SAW bersabda, "Ada apa dengan dunia? Di dunia ini, aku bagai seorang pengembara atau musafir yang berteduh sejenak di bawah pohon, kemudian berlalu meninggalkannya."

Jiwa merintih, mata nanar memandang sekitar. Betapa uswah Nubuwah tak lagi menyentuh hati. Hidup hanya menghamba dunia, akalnya mati, di gelap buta mata hati. Terpenjara ambisi nafsu tirani. Terpuruk dalam bayangan pepohonan fana, bayangan popularitas, harta dan jabatan, enggan meneruskan perjalanan baka.

Masihkah terdengar pesan indah Rasulullah SAW, "Sesungguhnya umatku akan selalu dalam kemenangan, selama mereka mau makan setelah lapar, berhenti sebelum kenyang."

Kita adalah umat raksasa yang pernah mengukir peradaban. Umat yang dicelup dengan sibhgah Illahi. Menebar iman dengan cinta. Mengukir amal penuh prestasi, menjadikan hidup sarat arti.

sumber : Hikmah Republika oleh Toto Tasmara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement