REPUBLIKA.CO.ID, Alquran mengisahkan jika kaum Yahudi yang memerangi Nabi Muhammad SAW adalah golongan pengecut. Jejak sifat mereka masih tampak pada era modern ini. Zionis melakukan penjajahan dan genosida kepada Palestina hingga membunuh wanita dan anak-anak Palestina yang tidak bersenjata.
Orang-orang Yahudi adalah orang-orang yang menyukai peperangan. Namun mereka bukanlah bangsa pahlawan, pemberani atau kesatria. Dalam sejarah, mereka bangsa pengecut dan lari dari tanggung jawab.
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:
لَا يُقَاتِلُوْنَكُمْ جَمِيْعًا اِلَّا فِيْ قُرًى مُّحَصَّنَةٍ اَوْ مِنْ وَّرَاۤءِ جُدُرٍۗ بَأْسُهُمْ بَيْنَهُمْ شَدِيْدٌ ۗ تَحْسَبُهُمْ جَمِيْعًا وَّقُلُوْبُهُمْ شَتّٰىۗ ذٰلِكَ بِاَنَّهُمْ قَوْمٌ لَّا يَعْقِلُوْنَۚ
Mereka tidak akan memerangi kamu (secara) bersama-sama, kecuali di negeri-negeri yang berbenteng atau di balik tembok. Permusuhan antar sesama mereka sangat hebat. Kamu mengira bahwa mereka itu bersatu, padahal hati mereka terpecah belah. Hal itu disebabkan mereka kaum yang tidak berakal. (QS Al-Hasyr Ayat 14)
Dalam ayat ini diterangkan bahwa mental orang Yahudi dan orang munafik itu telah jatuh sedemikian rupa. Seandainya orang-orang munafik menepati janji mereka dan berperang bersama orang Yahudi Bani Nadir menghadapi kaum Muslimin, mereka pun tidak akan mampu menghadapi kaum Muslimin, karena dalam hati mereka telah timbul rasa takut dan gentar terhadap kaum Muslimin.
Seandainya mereka (golongan Yahudi dan munafik) berperang, mereka hanya berperang di balik benteng-benteng yang kokoh yang telah mereka buat, di balik tembok rumah-rumah mereka. Yahudi tak berani keluar berhadapan dengan kaum Muslimin secara langsung.
Pada akhir ayat ini diterangkan sebab lain yang menyebabkan mereka (golongan Yahudi dan munafik) takut berperang menghadapi kaum Muslimin, yaitu di antara mereka sendiri terjadi pertentangan dan permusuhan yang hebat, tak ada persatuan di antara mereka. (Tafsir Kementerian Agama)
Alquran juga mengungkapkan orang-orang Yahudi paling tamak, melebihi tamaknya orang kafir. Sehingga dalam sejarahnya, orang Yahudi tidak diterima dimanapun karena masyarakat tidak nyaman dengan ketamakan mereka.
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:
وَلَتَجِدَنَّهُمْ اَحْرَصَ النَّاسِ عَلٰى حَيٰوةٍ ۛوَمِنَ الَّذِيْنَ اَشْرَكُوْا ۛيَوَدُّ اَحَدُهُمْ لَوْ يُعَمَّرُ اَلْفَ سَنَةٍۚ وَمَا هُوَ بِمُزَحْزِحِهٖ مِنَ الْعَذَابِ اَنْ يُّعَمَّرَۗ وَاللّٰهُ بَصِيْرٌۢ بِمَا يَعْمَلُوْنَ ࣖ
Engkau (Nabi Muhammad) sungguh-sungguh akan mendapati mereka (orang-orang Yahudi) sebagai manusia yang paling tamak akan kehidupan (dunia), bahkan (lebih tamak) daripada orang-orang musyrik. Tiap-tiap orang (dari) mereka ingin diberi umur seribu tahun, padahal umur panjang itu tidak akan menjauhkan mereka dari azab. Allah Maha Melihat apa yang mereka kerjakan. (QS Al-Baqarah Ayat 96)
Meskipun yang dinyatakan dalam ayat ini hanya mengenai orang-orang Yahudi yang hidup pada masa turunnya ayat ini, tetapi ketentuan itu berlaku terus sepanjang masa. Bahkan orang Yahudi itu orang yang paling tamak di antara seluruh manusia, bahkan melebihi orang-orang musyrikin.
Sikap demikian itu mendapat celaan dan kemarahan yang besar dari Allah. Karena orang-orang musyrik tidak percaya adanya hari kebangkitan, maka ketamakan orang-orang musyrik terhadap kenikmatan dunia bukanlah hal yang aneh. Tetapi orang-orang Yahudi yang percaya pada Al-Kitab dan mengakui adanya hari pembalasan, seharusnya tidak terlalu tamak terhadap kehidupan dunia ini. (Tafsir Kementerian Agama)