REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON — Kandidat Presiden Amerika Serikat (AS) dari Partai Republik, Donald Trump, menyuarakan provokasi terbarunya atas terjadinya peningkatan eskalasi di timur tengah khususnya terkait bagaimana Israel harus membalas penyerangan sekitar 200 rudal balistik yang dilakukan beberapa waktu lalu.
Mantan presiden tersebut bahkan mengungkapkan, serangan Israel terhadap Iran terutama harus menargetkan fasilitas nuklir Iran, kata dia dalam pertemuan warga di North Carolina.
"Ketika mereka mengemukakan pertanyaan itu kepada (Biden), jawabannya seharusnya adalah: 'hancurkan (fasilitas) nuklir terlebih dahulu dan khawatirkan sisanya nanti,'" kata Trump pada Jumat (4/10).
Para pejabat Israel bersumpah untuk membalas Iran setelah negara itu meluncurkan beberapa ratus rudal balistik ke Israel sebagai tanggapan atas pembunuhan pemimpin Hizbullah Hassan Nasrallah, pemimpin politik Hamas Ismail Haniyeh, dan komandan senior IRGC Abbas Nilforoushan.
Presiden Iran Masoud Pezeshkian mengatakan negaranya tidak bermaksud berperang dengan Israel, tetapi akan menghadapi ancaman apa pun dengan cara tegas.
Presiden AS Joe Biden telah menegaskan bahwa dia tidak mendukung Israel menyerang situs fasilitas nuklir Iran sebagai tanggapan atas serangan udara kedua Iran awal pekan ini. Biden khawatir tindakan itu dapat memicu pembalasan lebih lanjut dan memicu perang skala penuh di kawasan tersebut.
Mantan duta besar Iran untuk Jerman SEED Hossein Mousavian kepada Sputnik pekan ini mengatakan kemungkinan Israel menyerang fasilitas nuklir Iran akan menjadi kesalahan strategis bagi Israel.
Serangan ke fasilitas itu, ujar Mousavian, akan menyebabkan Iran bertransisi dari "Negara Ambang Nuklir" menjadi "Negara Nuklir".
Amerika Serikat diperkirakan tidak akan mengambil bagian dalam kemungkinan serangan balasan Israel terhadap Iran, menurut laporan sejumlah media.