REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Invasi darat Israel ke Lebanon terus mengalami pukulan. Usai delapan tentara terbunuh, Hizbullah mengklaim, sekitar 20 pasukan zionis tewas dan cedera saat penyergapan besar-besaran di perbatasan utara, Jumat (4/10/2024) malam.
Tamir Hayman, mantan jenderal Israel, mengeluarkan peringatan keras, yang menyatakan bahwa Lebanon bak "pusaran air yang telah menyapu kita sebelumnya," lapor The Economist.
Majalah tersebut menyoroti kekhawatiran di antara pasukan Israel. Mereka mengeluh tentang kurangnya tenaga yang cukup dari pasukan Israel. The Economist mencatat, untuk mempertahankan tingkat pengerahan pasukannya saat ini, IDF harus memanggil puluhan ribu cadangan, banyak di antaranya telah menjalani tiga tugas panjang sejak 7 Oktober.
Seorang perwira cadangan Israel yang dipanggil untuk bertempur di utara melawan Hizbullah bahkan mengatakan kepada majalah tersebut, "Kami tidak memiliki cukup pasukan atau tank untuk melaksanakan operasi besar di Lebanon."
Dalam konteks yang sama, mantan komandan Korps Utara di tentara Israel, Mayor Jenderal Noam Tivon memperingatkan bahwa Hizbullah melanjutkan perang yang melelahkan.
Berbicara kepada Channel 13 Israel, Tivon mengakui jika gugurnya pemimpin Hizbullah tidak berarti bahwa penduduk utara dapat kembali. Dia mengatakan, ancaman tetap ada bahkan dengan potensi hilangnya tokoh-tokoh penting Hizbullah.
Mantan Perdana Menteri Israel Ehud Barak, dalam sebuah wawancara dengan Channel 12, mengakui bahwa Hizbullah memiliki puluhan ribu rudal, termasuk yang berat. Ia juga mencatat, banyak pejuang berpengalaman Hizbullah dalam pertempuran di sepanjang perbatasan Lebanon-Palestina.
Analis urusan politik Channel 12, Ari Shavit, menggambarkan Lebanon sebagai rawa yang menenggelamkan Israel. Dia mengungkapkan, perlunya strategi regional dan kesepakatan politik.
Pejuang Perlawanan Hizbullah telah melaporkan beberapa operasi yang berhasil melawan pasukan Israel. Hizbullah memberikan pukulan telak terhadap upaya berulang mereka untuk menyusup ke perbatasan selatan Lebanon.