REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Anggota DPR dari Fraksi PKS Habib Idrus Salim Al Jufri mengecam sikap FIFA yang tak memberikan sanksi untuk Israel. Meskipun, Israel terus melakukan genosida dengan membantai lebih dari 40 ribu warga Palestina dalam satu tahun terakhir.
Di lain waktu, FIFA pernah memberikan sanksi untuk Rusia karena invasinya ke Ukraina pada 2022 lalu.
Menurut Habib Idrus, FIFA secara terang-terangan melakukan standar ganda terkait penerapan sanksi kepada Israel yang jelas-jelas telah melakukan serangan bertubi-tubi ke Gaza. Bahkan saat ini sudah melebar ke Lebanon yang korban tewasnya sudah lebih dari seribu orang.
"FIFA juga tidak konsisten dalam menerapkan sanksi. Sudah seharusnya lembaga seperti FIFA ini memberikan contoh dan tidak main-main dalam urusan kemanusiaan. Jangan seolah-olah meng-anak emaskan Israel dan sampai pada titik tidak menjatuhkan sanksi tegas kepada Federasi sepakbola Israel," ujar Habib Idrus kepada Republika, Jumat (4/10/2024).
Di sisi lain, lanjut Habib Idrus yang juga ketua umum Himpunan Dai Muda Indonesia (HDMI), lndonesia pernah dibatalkan sebagai tuan rumah piala dunia U-19 karena banyak penolakan dari umat Islam Indonesia atas adanya timnas Israel sebagai peserta. Rusiapun tak boleh ikut Piala Dunia 2022 karena serangan mereka ke Ukraina.
Seperti diketahui, Israel kembali membuktikan statusnya sebagai anak emas FIFA. Induk olahraga sepak bola dunia itu memutuskan tidak jadi menjatuhkan skorsing terhadap federasi sepak bola Israel pada Kamis (3/10/2024). Sebagai gantinya, FIFA meminta penyelidikan disiplin atas kemungkinan diskriminasi yang dituduhkan oleh para pejabat sepak bola Palestina.
Sebuah panel senior FIFA yang mengawasi tata kelola akan menyelidiki secara terpisah “partisipasi dalam kompetisi Israel dari tim-tim sepak bola Israel yang diduga berbasis di wilayah Palestina,” kata badan sepak bola dunia itu setelah pertemuan Dewan FIFA di Zurich, Swiss.
"Komite Disiplin FIFA akan diberi mandat untuk memulai penyelidikan atas dugaan pelanggaran diskriminasi yang diajukan oleh Asosiasi Sepak Bola Palestina," kata FIFA dalam sebuah pernyataan.
Partisipasi dalam kompetisi sepak bola Israel dari tim-tim Israel yang diduga bermarkas di wilayah Palestina juga akan menjadi subjek penyelidikan.
"Komite Tata Kelola, Audit, dan Kepatuhan FIFA akan dipercayakan dengan misi untuk menyelidiki... partisipasi dalam kompetisi Israel dari tim-tim sepak bola Israel yang diduga bermarkas di wilayah Palestina," kata FIFA.
Federasi Sepak Bola Palestina (PFA) telah secara konsisten meminta FIFA selama lebih dari satu dekade untuk mengambil tindakan terhadap badan sepak bola Israel karena memasukkan tim-tim dari pemukiman Tepi Barat ke dalam liga-liganya.
"Kami menyambut baik keputusan Dewan FIFA untuk merujuk kasus ini ke badan-badan peradilan yang kompeten," kata PFA dalam sebuah pernyataan.
"(Kami memandang) ini sebagai langkah positif ke arah yang benar, berdasarkan pada langkah-langkah prosedural dan tepat, untuk menangani pelanggaran berat terhadap tujuan hukum FIFA, hak asasi manusia, dan hak-hak asosiasi anggotanya.
"Kami yakin akan legitimasi tuntutan kami dan percaya pada proses peradilan untuk memberikan resolusi yang adil dalam jangka waktu yang ditentukan."
Sekelompok pakar hak asasi manusia yang ditunjuk PBB mengatakan bahwa sedikitnya delapan klub sepak bola telah diidentifikasi bermain di pemukiman kolonial Israel di Tepi Barat yang diduduki.
"Integrasi dan tindakan seperti itu dalam IFA (Asosiasi Sepak Bola Israel) sama saja dengan mengakui situasi yang timbul dari kehadiran Israel yang melanggar hukum di wilayah Palestina yang diduduki sebagai hal yang sah. Ini merupakan pelanggaran berat terhadap hukum internasional," kata mereka dalam sebuah pernyataan.
PFA mengatakan sedikitnya 92 pesepak bola non profesional Palestina telah tewas dalam perang, infrastruktur sepak bola telah hancur, liga-liganya ditangguhkan, dan tim nasionalnya diharuskan bermain di kualifikasi Piala Dunia di luar negeri.
PFA setidaknya menjaga harapan setelah berkali-kali dikecewakan FIFA lewat keputusan kompromis yang menguntungkan Israel. Keputusan tak menjatuhkan sanksi ini muncul lebih dari empat bulan setelah para pejabat Palestina mendesak FIFA untuk menangguhkan keanggotaan Israel dalam sebuah pertemuan pada Mei lalu.
Permintaan kepada kongres FIFA pada bulan Mei juga mengutip “pelanggaran hukum internasional” di Gaza selama agresi Israel dan mengarahkan badan sepak bola tersebut kepada komitmen hukumnya terhadap hak asasi manusia dan menentang diskriminasi.