Kamis 26 Sep 2024 08:53 WIB

Bohongi Parlemen AS Soal Bantuan ke Gaza, Antony Blinken Diminta Mundur

Selama sidang Mei, Blinken jelaskan Isral tak larang pengiriman bantuan ke Palestina.

Antony Blinken (kanan) dan Benjamin Netanyahu.
Foto:

Upaya Blinken untuk menyembunyikan fakta lapangan di jalur Gaza dan pembelaannya yang tanpa syarat terhadap Israel bukanlah hal baru. Bulan lalu, Blinken menyelamatkan batalion Netzah Yehuda yang terkenal kejam dari tentara Israel. Anggota batalion tersebut didominasi oleh Hilltop Youth, gerakan pemukim sayap kanan radikal, dari kemungkinan sanksi Amerika.

Sebuah panel Departemen Luar Negeri merekomendasikan penerapan sanksi pada batalion tersebut, yang memiliki sejarah pelanggaran hak asasi manusia yang serius terhadap warga Palestina di wilayah yang diduduki setelah penyelidikan panjang terhadap aktivitas Netzah Yehuda.

Meski demikian, Blinken, setelah mengadakan beberapa pembicaraan dengan pejabat Israel. Dia memutuskan untuk tidak menjatuhkan sanksi pada unit militer tersebut dengan mengatakan Tel Aviv telah mereformasi batalion itu. Namun, penyelidikan CNN yang ekstensif menunjukkan bahwa mantan komandan batalion tersebut tidak menerima hukuman tetapi promosi sebagai imbalan atas pelanggaran hak asasi mereka yang terdokumentasi.

Undang-undang AS tahun 1997 yang dikenal sebagai undang-undang Leahy melarang bantuan militer kepada negara asing yang bertanggung jawab atas "pelanggaran berat hak asasi manusia". Sejak 7 Oktober, Blinken mengunjungi Israel berkali-kali untuk menjadi perantara apa yang disebut kesepakatan penyanderaan dan gencatan senjata antara Israel dan Hamas. Sejauh ini, ia gagal memenuhi janji untuk menghentikan serangan Israel di Gaza.

Pada pertengahan Agustus, ia berada di Israel lagi dengan janji yang sulit dipahami tentang kesepakatan.  Meskipun tidak ada tanda nyata bahwa pemerintah Benjamin Netanyahu bersedia menerima perjanjian gencatan senjata, Blinken mengatakan bahwa Israel "menyetujui" sebuah kesepakatan, yang lagi-lagi terbukti sebagai klaim yang salah.

Pekan lalu, ketika pejabat senior AS mengakui bahwa kesepakatan gencatan senjata Gaza "di luar jangkauan" pemerintahan Biden, banyak yang bertanya-tanya apakah Blinken membeli waktu untuk Israel dan membantu mereka untuk melanjutkan serangan biadabnya terhadap warga Palestina. Blinken berada di Yerusalem tepat setelah serangan 7 Oktober berdiri bahu-membahu dengan Netanyahu yang mungkin akan segera dikeluarkan surat perintah penangkapan oleh Pengadilan Kriminal Internasional karena melakukan kejahatan perang terhadap warga Palestina.

Selama pernyataannya yang kontroversial, Blinken mengatakan bahwa dia berada di Israel "tidak hanya sebagai Menteri Luar Negeri Amerika Serikat tetapi juga sebagai seorang Yahudi", menjanjikan dukungan penuh kepada Netanyahu dalam perangnya melawan Gaza, yang oleh banyak orang dianggap membawa niat "genosida"

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement