Rabu 25 Sep 2024 10:43 WIB

Rusia Dilaporkan Siap Suplai Rudal Supersonik untuk Houthi, Timur Tengah Semakin Bergolak

Rudal-rudal yang akan dikirim memiliki jangkauan sekitar 300 Kilometer

Penampakan rudal Palestina 2 yang diluncurkan ke Israel oleh kelompok Houthi pada Ahad (15/9/2024).
Foto: Media Militer Houthi
Penampakan rudal Palestina 2 yang diluncurkan ke Israel oleh kelompok Houthi pada Ahad (15/9/2024).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Sebuah pembicaraan rahasia antara Rusia dengan pejuang Houthi di Yaman yang dimediasi Iran dilaporkan sedang berlangsung. Komunikasi tersebut untuk mengulas kemungkinan adanya transfer rudal antikapal dari Rusia kepada kelompok militan tersebut, ujar tiga sumber barat dan regional Reuters, pada Selasa (24/9/2024).

Perkembangan tersebut juga menyoroti hubungan Teheran yang semakin dalam dengan Moskow. Sumber-sumber Reuters mengatakan bahwa Rusia belum memutuskan untuk mentransfer rudal Yakhont – yang juga dikenal sebagai P-800 Oniks – yang menurut para ahli akan memungkinkan kelompok militan tersebut untuk menyerang kapal-kapal komersial di Laut Merah dengan lebih akurat.

Baca Juga

Keberadaan rudal dari Rusia tersebut juga dinilai akan meningkatkan ancaman terhadap kapal-kapal perang AS dan Eropa yang melindungi mereka.

The Wall Street Journal melaporkan pada Juli bahwa Rusia sedang mempertimbangkan untuk mengirim rudal tersebut. Peran Iran sebagai perantara belum pernah dilaporkan sebelumnya.

Houthi telah meluncurkan serangan pesawat nirawak dan rudal berulang kali terhadap kapal-kapal di jalur pelayaran penting Laut Merah sejak November untuk menunjukkan dukungan bagi Palestina dalam perang Gaza dengan Israel. Mereka telah menenggelamkan sedikitnya dua kapal dan menyita satu kapal lainnya, mengganggu perdagangan maritim global dengan memaksa perusahaan pelayaran mengalihkan kargo dan, menurut sumber industri. 

photo
Houthi supporters shout slogans as they raise machine-guns and Palestinian flags during a rally against the U.S.-led strikes against Yemen and in support of Palestinians in the Gaza Strip, in Sanaa, Yemen, Friday, May 17, 2024. - (AP Photo/Osamah Abdulrahman)

Serangan Houthi pun menaikkan biaya asuransi untuk kapal yang mengarungi Laut Merah. Sebagai tanggapan, Amerika Serikat dan Inggris telah menyerang posisi Houthi tetapi gagal menghentikan serangan kelompok tersebut.

Dua pejabat regional yang mengetahui pembicaraan tersebut mengatakan bahwa Houthi dan Rusia bertemu di Teheran sedikitnya dua kali tahun ini. Mereka melakukan pembicaraan untuk menyediakan lusinan rudal, yang memiliki jangkauan sekitar 300 km (186 mil). Pertemuan lebih lanjut akan dilakukan di Teheran dalam beberapa pekan mendatang.

Rusia sebelumnya telah memasok rudal Yakhont ke Hizbullah yang didukung Iran. Salah satu sumber mengatakan pembicaraan tersebut dimulai di bawah Presiden Iran Ebrahim Raisi, yang meninggal dalam kecelakaan helikopter pada bulan Mei.

"Rusia sedang bernegosiasi dengan Houthi untuk transfer rudal antikapal supersonik Yakhont," kata sumber intelijen Barat. "Iran menjadi perantara perundingan tetapi tidak ingin menandatanganinya."

Baik misi PBB Iran maupun Kementerian Pertahanan Rusia tidak menanggapi permintaan komentar."Kami tidak mengetahui apa yang Anda sebutkan," kata Mohamed Abdel-Salam, juru bicara resmi Houthi Yaman.

Seorang pejabat senior AS menolak menyebutkan sistem spesifik yang dapat ditransfer. Meski demikian, pejabat tersebut mengonfirmasi bahwa Rusia telah membahas penyediaan rudal kepada Houthi, menyebut perkembangan itu "sangat mengkhawatirkan."

Seorang pejabat Departemen Pertahanan AS mengatakan segala upaya untuk meningkatkan kemampuan Houthi akan "merusak kepentingan internasional bersama dalam kebebasan navigasi global dan stabilitas di Laut Merah dan Timur Tengah yang lebih luas." 

Rusia dan Iran telah membina hubungan militer yang lebih erat di tengah perang Rusia di Ukraina. Teheran diduga telah mentransfer rudal balistik ke Moskow untuk digunakan melawan Ukraina, kata Amerika Serikat awal bulan ini.

Salah satu motivasi Moskow untuk mempersenjatai Houthi, kata tiga sumber, adalah kemungkinan bahwa negara-negara Barat dapat memutuskan untuk mengizinkan Ukraina menggunakan senjata mereka untuk menyerang lebih jauh ke wilayah Rusia.

Pejabat senior AS mengatakan pembicaraan Rusia-Houthi dinilai terkait dengan posisi AS di Ukraina  "yang kami bersedia atau tidak bersedia lakukan mengenai permintaan Kyiv untuk mencabut pembatasan penggunaan senjata jarak jauh yang dipasok AS untuk menyerang target jauh di dalam Rusia."

Presiden Rusia Vladimir Putin memperingatkan pada Juni bahwa Moskow dapat mengirim senjata jarak jauh yang canggih - mirip dengan yang diberikan Amerika Serikat dan sekutunya kepada Ukraina - kepada musuh-musuh Barat di seluruh dunia.

Yakhont dianggap sebagai salah satu yang tercanggih di dunia rudal antikapal, yang dirancang untuk meluncur di permukaan laut guna menghindari deteksi pada kecepatan lebih dari dua kali kecepatan suara, sehingga sulit dicegat.

Fabian Hinz, seorang pakar rudal balistik di Institut Internasional untuk Studi Strategis, mengatakan bahwa transfer rudal Yakhont oleh Rusia ke Houthi akan menjadi game changer bagi keamanan regional. "P-800 adalah sistem yang jauh lebih canggih daripada rudal balistik dan jelajah antikapal yang selama ini digunakan Houthi," kata Hinz.

Houthi tidak hanya dapat menembakkan rudal tersebut ke kapal perang AS, Inggris, dan kapal perang lain yang melindungi kapal-kapal komersial di Laut Merah dari serangan rudal dan pesawat nirawak Houthi. Mereka juga dapat menggunakannya sebagai senjata serangan darat yang akan dianggap sebagai ancaman oleh Arab Saudi, kata Hinz.

Pejabat senior AS tersebut mengatakan bahwa delegasi pejabat AS membahas negosiasi Rusia-Houthi dengan mitra mereka dari Saudi selama kunjungan ke Arab Saudi musim panas ini, dan bahwa Washington telah mengangkat masalah tersebut dengan Moskow.

Saudi juga telah menyampaikan kekhawatiran mereka secara langsung kepada Rusia, tiga sumber mengatakan kepada ReutersPemerintah Saudi tidak menanggapi permintaan komentar.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement