Jumat 13 Sep 2024 14:06 WIB

Kisah Nazar Sang Kakek Rasulullah

Abdul Muthalib pernah bernazar mengenai diri Abdullah, kelak jadi ayah Rasulullah SAW

ILUSTRASI Rasulullah SAW.
Foto: dok publicdomainpictures
ILUSTRASI Rasulullah SAW.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Qushay bin Kilab menurunkan banyak anak cucu. Seorang cucunya bernama Hasyim sehingga keturunannya disebut sebagai Bani Hasyim. Seorang yang terkemuka dari putra-putra Hasyim ialah Abdul Muthalib. Reputasinya dikenal luas lantaran keluhuran akhlak dan kelurusan akidahnya.

Seorang anaknya, Abdullah, kelak menurunkan manusia paling mulia dalam sejarah eksistensi manusia hingga Hari Akhir. Dialah Abdullah, yang pada akhirnya menjadi ayahanda Nabi Muhammad SAW. Dalam kehidupannya, Abdullah sempat nyaris akan dikorbankan. Sebab, bapaknya bernazar suatu hal.

Baca Juga

Ya, sebelum Abdullah lahir, Abdul Muthalib bernazar bahwa jika dirinya dikaruniai anak laki-laki kesepuluh maka dia akan mengorbankannya. Allah SWT pun mengaruniakan pada istrinya anak kesepuluh itu.

Berdasarkan sejumlah riwayat menyebutkan Abdul Mutalib kemudian menyampaikan nazarnya itu kepada orang-orang Quraisy. Namun Abdul Muthalib sangat mencintai bayinya itu.

Dalam Tarikh ath-Thabrani yang dikutip Syekh Shafiyurrahman al-Mubarakfury dalam ar-Rahiq al-Makhtum menjelaskan bahwa Abdul Muthalib kemudian melakukan undian untuk memilih antara Abdullah atau unta yang akan dikorbankan.

Sewaktu diundi ternyata nama yang keluar adalah Abdullah. Upaya mengorbankan Abdullah pun dicegah oleh paman-pamannya dari Bani Makhzum. Abdul Muthalib meminta saran tentang nazarnya itu.

Abdul Muthalib pun disarankan untuk mengundi kembali antara Abdullah dengan sepuluh ekor unta. Jika undian yang keluar adalah nama Abdullah, maka undian diulang dengan menambahkan 10 unta lagi dan seterusnya hingga Allah SWT meridhai pengorbanan Abdul Muthalib.

Setelah mencapai seratus ekor unta sebagai pengganti nazar, undian pun baru jatuh pada unta. Segera Abdul Muthalib menyembelih unta-unta itu lalu meninggalkannya.

Syekh Shafiyurrahman menuliskan bila terjadi pembunuhan di antara suku Quraisy, tradisi yang berlaku adalah satu nyawa ditebus dengan sepuluh ekor unta. Namun sejak saat itu, aturannya berubah menjadi seratus ekor unta per kepala.

Terkait nazar Abdul Muthalib yang hendak mengorbankan Abdullah dapat dipahami dari hadits Nabi Muhammad “Aku adalah anak dari dua kurban” yang dimaksud adalah Nabi Ismail dan ayahnya yakni Abdullah.

Putra Abdul Muthalib itu meninggal ketika Rasulullah SAW masih di dalam kandungan Aminah binti Wahb. Prof Quraish Shihab dalam buku Membaca Sirah Nabi Muhammad SAW menjelaskan, ada pendapat-pendapat yang diriwayatkan terkait kapan Abdullah wafat. Terdapat pendapat yang menyebut, ia meninggal ketika Muhammad SAW berusia dua bulan. Bahkan, ada riwayat yang menyatakan bahwa ketika itu Nabi berusia 28 bulan.

Riwayat lain ada yang menyebut bahwa Abdullah meninggal saat Nabi berusia tujuh bulan, dan bahwa usia Abdullah ketika itu—menurut satu sumber yakni Al-Waqidi—yakni 25 tahun. Prof Quraish menjelaskan bahwa, yang pasti Nabi Muhammad yatim piatu sesuai dengan penegasan yang ditekankan dalam Alquran Surah Ad-Dhuha ayat 6.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement