Sabtu 28 Sep 2024 15:03 WIB

Ini Nasib Nahas Penghina Alquran di Zaman Nabi

Huyay bin Akhtab digelari sebagai setan Yahudi dalam buku-buku sejarah Islam.

ILUSTRASI Nasib nahas penghina Alquran di zaman Nabi
Foto: Dok Republika
ILUSTRASI Nasib nahas penghina Alquran di zaman Nabi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dalam menyebarkan dakwah, Nabi Muhammad SAW menghadapi tantangan dari pihak-pihak yang membenci Islam. Di antara mereka adalah sebagian besar kaum Yahudi yang tidak rela akan kenabian beliau.

Salah satu Yahudi pada masa Rasulullah SAW adalah Huyay bin Akhthab. Ia bukan orang biasa, melainkan rabi yang alim. Karena telah menelaah Taurat, ia pun mengetahui bahwa akan datang utusan Allah yang merupakan penutup para nabi dan rasul (khatam al-anbiya wal mursalin).

Baca Juga

Sesungguhnya, Huyay bin Akhtab menyaksikan adanya tanda-tanda kenabian pada diri Muhammad SAW. Namun, sebagaimana sikap para rabi yang iri dan dengki, ia enggan mengakui bahwa beliau adalah utusan Allah. Sebabnya "hanya" lantaran Rasulullah SAW tidak berasal dari Bani Israil (Yaqub bin Ishaq AS), melainkan keturunan Ismail AS.

Kebencian Huyay bin Akhtab pada Rasulullah SAW dan kaum Muslimin begitu masyhur. Buku-buku sejarah Islam bahkan menggelari tokoh ini sebagai "setan Yahudi" lantaran kedengkiannya yang mendalam pada Nabi SAW.

Pernah Huyay mendeklarasikan, dirinya akan membenci sang pembawa risalah Islam itu di sepanjang usianya. "Aku akan memusuhinya selama aku masih hidup," ujar Huyay kepada saudaranya, Abu Yasir, tatkala menerima kabar hijrahnya Nabi SAW ke Madinah (dahulu bernama Yastrib).

Bahkan, Huyay dengan sombongnya mencela Allah SWT dan melecehkan Alquran. Sebagai contoh, suatu ketika ia mendengar kaum Muslimin membacakan surah al-Baqarah ayat 245.

مَنْ ذَا الَّذِيْ يُقْرِضُ اللّٰهَ قَرْضًا حَسَنًا فَيُضٰعِفَهٗ لَهٗٓ اَضْعَافًا كَثِيْرَةً ۗوَاللّٰهُ يَقْبِضُ وَيَبْصُۣطُۖ وَاِلَيْهِ تُرْجَعُوْنَ - ٢٤٥

(Artinya: "Barangsiapa meminjami Allah dengan pinjaman yang baik, maka Allah melipatgandakan ganti kepadanya dengan banyak. Allah menahan dan melapangkan (rezeki) dan kepada-Nyalah kamu dikembalikan.")

Seketika, Huyay mengolok-olok ayat suci itu. Ia lantas berkata, "Bagaimana mungkin Tuhan kita berutang kepada manusia!? Pastilah yang berutang itu miskin, toh biasanya yang miskin berutang kepada si kaya."

Menurut penuturan Qatadah, momen ini menjadi sebab turunnya (asbabun nuzul) Alquran surah Ali Imran ayat ke-181.

لَقَدْ سَمِعَ اللّٰهُ قَوْلَ الَّذِيْنَ قَالُوْٓا اِنَّ اللّٰهَ فَقِيْرٌ وَّنَحْنُ اَغْنِيَاۤءُ ۘ سَنَكْتُبُ مَا قَالُوْا وَقَتْلَهُمُ الْاَنْۢبِيَاۤءَ بِغَيْرِ حَقٍّۙ وَّنَقُوْلُ ذُوْقُوْا عَذَابَ الْحَرِيْقِ - ١٨١

(Artinya: "Sungguh, Allah telah mendengar perkataan orang-orang (Yahudi) yang mengatakan, 'Sesungguhnya Allah itu miskin dan kami kaya.' Kami akan mencatat perkataan mereka dan perbuatan mereka membunuh nabi-nabi tanpa hak (alasan yang benar), dan Kami akan mengatakan (kepada mereka), 'Rasakanlah olehmu azab yang membakar!'")

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement