Senin 09 Sep 2024 22:02 WIB

Akankah Umat Yahudi, Kristen, dan Islam Senantiasa Rukun? Ini Jawaban Seorang Rabi

Doktrin teologi masing-masing agama adalah perbedaan yang niscaya

Kerukunan Beragama (Ilustrasi).Doktrin teologi masing-masing agama adalah perbedaan yang niscaya
Foto:

Para akademisi menjelaskan kesamaan kedua pernyataan tersebut dengan mengasumsikan bahwa karena pernyataan Yahudi empat abad lebih awal daripada pernyataan Alquran, maka Muhammad SAW pasti mendengarnya dari seorang Rabi atau orang Yahudi terpelajar di Madinah.

Tetapi saya percaya Muhammad adalah seorang nabi Allah yang menegaskan Taurat Nabi Musa. Muhammad tidak perlu mempelajari pernyataan ini dari manusia lain. Para akademisi mungkin akan menjawab bahwa pernyataan tersebut tidak ditemukan dalam Taurat tertulis; pernyataan tersebut muncul dalam Taurat lisan yang ditulis oleh para rabi dalam Mishnah lebih dari 1.000 tahun setelah Musa.

Namun para Rabbi berpendapat bahwa Mishnah adalah bagian dari Taurat lisan yang diturunkan dari Musa dari generasi ke generasi, seperti halnya hadis yang diturunkan secara lisan dari generasi ke generasi. Memang, Al-Quran sendiri memperkenalkan pernyataan ini sebagai berikut, “Karena itulah Kami tetapkan (hukum) qishash bagi Bani Israil, bagi orang yang membunuh seorang manusia...” (QS. Al Maidah: 32).

Tidak ada nabi Allah SWT yang perlu diberitahu oleh manusia lain tentang apa yang harus ditulis dalam Kitab Suci. Allah adalah sumber dari semua inspirasi Ilahi. Ada beberapa ayat dalam Alquran yang menyebutkan hal-hal dari Taurat lisan.

Perspektif saya adalah bahwa para nabi monoteis dan Kitab Suci pada kenyataannya tidak dapat bertentangan satu sama lain karena semuanya berasal dari satu sumber. Para nabi semuanya bersaudara; seolah-olah mereka memiliki “ayah” yang sama (Tuhan) dan “ibu” yang berbeda (tanah air, bahasa ibu, bangsa, budaya, dan era sejarah).

Semua faktor ini menghasilkan ritual dan sistem hukum yang berbeda, tetapi dalam teologi monoteistik, mereka hanya dapat berbeda dalam rinciannya. Agama-agama berbeda karena kondisi masing-masing bangsa yang menerimanya dari Allah yang esa berbeda. Ketika Kitab Suci berbeda, mereka tidak saling meniadakan satu sama lain; mereka hanya memberikan cahaya tambahan satu sama lain.

Jadi, kita harus menekankan keyakinan kita yang sama dan menghormati perbedaan-perbedaan yang ada karena,

وَأَنْزَلْنَا إِلَيْكَ الْكِتَابَ بِالْحَقِّ مُصَدِّقًا لِمَا بَيْنَ يَدَيْهِ مِنَ الْكِتَابِ وَمُهَيْمِنًا عَلَيْهِ ۖ فَاحْكُمْ بَيْنَهُمْ بِمَا أَنْزَلَ اللَّهُ ۖ وَلَا تَتَّبِعْ أَهْوَاءَهُمْ عَمَّا جَاءَكَ مِنَ الْحَقِّ ۚ لِكُلٍّ جَعَلْنَا مِنْكُمْ شِرْعَةً وَمِنْهَاجًا ۚ وَلَوْ شَاءَ اللَّهُ لَجَعَلَكُمْ أُمَّةً وَاحِدَةً وَلَٰكِنْ لِيَبْلُوَكُمْ فِي مَا آتَاكُمْ ۖ فَاسْتَبِقُوا الْخَيْرَاتِ ۚ إِلَى اللَّهِ مَرْجِعُكُمْ جَمِيعًا فَيُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ فِيهِ تَخْتَلِفُونَ

"Dan Kami telah turunkan kepadamu Alquran dengan membawa kebenaran, membenarkan apa yang sebelumnya, yaitu kitab-kitab (yang diturunkan sebelumnya) dan batu ujian terhadap kitab-kitab yang lain itu; maka putuskanlah perkara mereka menurut apa yang Allah turunkan dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka dengan meninggalkan kebenaran yang telah datang kepadamu. Untuk tiap-tiap umat diantara kamu, Kami berikan aturan dan jalan yang terang. Sekiranya Allah menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya satu umat (saja), tetapi Allah hendak menguji kamu terhadap pemberian-Nya kepadamu, maka berlomba-lombalah berbuat kebajikan. Hanya kepada Allah-lah kembali kamu semuanya, lalu diberitahukan-Nya kepadamu apa yang telah kamu perselisihkan itu." (QS Al-Maidah 48).

Setiap orang yang percaya bahwa hanya ada satu kebenaran universal juga berpikir bahwa itu adalah kebenarannya. Namun hanya ketika kita kembali kepada Allah, Dia akan memberitahukan kepada kita tentang hakikat kebenaran agama. Sampai saat itu, untuk menguji kita dengan apa yang telah Dia berikan kepada kita, kita harus berjuang (berlomba) hanya dalam perlombaan untuk melakukan perbuatan baik.

Oleh karena itu, saya setuju dengan prinsip agama Alquran tentang pluralitas agama:

لَكُمْ دِينُكُمْ وَلِيَ دِينِ

"Untukmu agamamu, dan untukkulah, agamaku." (QS al-Kafirun: 6). (Dalam bahasa Ibrani lanu dinu valakha dinkha) untuk kami adalah agama kami dan untukmu adalah agamaamu (Alquran 109:6)

Menghormati pluralitas agama akan menghasilkan, menurut Nabi Zakharia, 9:10: “... busur perang akan dipatahkan, dan (semua) akan berbicara damai kepada bangsa-bangsa...”

Seperti yang dikatakan oleh Yeremia: 29:11 “Sebab Aku ini mengetahui rancangan-rancangan apa yang ada pada-Ku mengenai kamu, demikianlah firman tuhan, yaitu rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan.”

Naskah ini disalin dari artikel berjudul: Can The Three Abrahamic Religions Live in Harmoni? yang ditulis Rabi Allen S Maller. Allen Maller pensiun setelah 39 tahun menjadi Rabi di Kuil Akiba di Culver City, California.

Sumber: eurasiareview

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement