Senin 09 Sep 2024 22:02 WIB

Akankah Umat Yahudi, Kristen, dan Islam Senantiasa Rukun? Ini Jawaban Seorang Rabi

Doktrin teologi masing-masing agama adalah perbedaan yang niscaya

Kerukunan Beragama (Ilustrasi).Doktrin teologi masing-masing agama adalah perbedaan yang niscaya
Foto:

Dalam permainan zero sum, nilai atau wawasan spiritual sejati yang saya berikan kepada kitab suci lain akan mengurangi nilai atau wawasan spiritual saya. Pandangan ini adalah hasil dari pengaruh spesifik Aristoteles, yang mempertanyakan dari mana belut air tawar Eropa berasal, dan secara rasional memutuskan bahwa belut tersebut muncul secara spontan dari lumpur, dan penekanan umum filosofi Yunani pada logika yang dikecualikan.

Sesuatu itu pasti benar atau salah. Tidak ada pilihan lain. Jika dua proposisi bertentangan satu sama lain, salah satu atau keduanya pasti salah. Keduanya tidak mungkin benar.

Jika seseorang percaya bahwa hanya ada satu Allah SWT yang diwahyukan oleh banyak nabi yang diilhami, maka kita seharusnya dapat belajar lebih banyak tentang kehendak Allah SWT dengan mendapatkan wawasan tentang wahyu kita sendiri yang unik, dari wahyu-wahyu lain dari Allah yang satu itu.

Karena semua kitab suci monoteistik berasal dari Allah yang esa dan tunggal, kita harus melihat kitab suci lain sebagai potensi yang memperkaya pemahaman dan apresiasi kita terhadap kitab suci kita sendiri.

Tetapi pada Abad Pertengahan, hampir semua pembaca menganggap wahyu sebagai olahraga tanpa hasil seperti tenis; dan bukan sebagai olahraga kooperatif dengan banyak kemenangan seperti mendaki gunung. Ini berarti bahwa jika agama saya benar, maka agama Anda pasti salah.

Dalam istilah modern, cahaya tidak mungkin berupa partikel dan gelombang. Namun, sekarang kita tahu bahwa cahaya memang merupakan partikel dan gelombang, dan pada saat yang bersamaan.

Situasi abad pertengahan ini tidak banyak berubah di zaman modern. Dalam dua abad terakhir, para akademisi di universitas telah menulis banyak studi perbandingan agama yang mereka klaim sebagai studi yang objektif dan tidak terdistorsi oleh keyakinan agama mereka.

Sayangnya, para akademisi yang memperlakukan agama lain secara akademis biasanya tidak percaya bahwa kitab suci lain benar-benar diilhami oleh Tuhan. Bahkan, banyak akademisi yang tidak percaya bahwa kitab suci mereka sendiri pun diilhami oleh Ilahi. Mereka menggunakan penjelasan yang sama untuk memahami agama yang diwahyukan seperti yang mereka gunakan untuk menjelaskan sejarah dan literatur sekuler.

Sebagai seorang rabi, saya mengikuti model yang berbeda.

Sebagai contoh, Mishnah (kompilasi Taurat lisan pada awal abad ketiga), menyatakan, “Adam diciptakan sebagai seorang individu untuk mengajarkan kepada kalian bahwa siapa pun yang menghancurkan satu jiwa, Kitab Suci mengaitkannya dengan dia seolah-olah dia menghancurkan seluruh dunia.” (Mishnah, Sanhedrin 4:5)

BACA JUGA: Lantas Benarkah Imam Abu Hanifah Halalkan Kumpul Kebo Seperti yang Heboh di Mesir?

Dan Alquran menyatakan:

مِنْ أَجْلِ ذَٰلِكَ كَتَبْنَا عَلَىٰ بَنِي إِسْرَائِيلَ أَنَّهُ مَنْ قَتَلَ نَفْسًا بِغَيْرِ نَفْسٍ أَوْ فَسَادٍ فِي الْأَرْضِ فَكَأَنَّمَا قَتَلَ النَّاسَ جَمِيعًا وَمَنْ أَحْيَاهَا فَكَأَنَّمَا أَحْيَا النَّاسَ جَمِيعًا ۚ وَلَقَدْ جَاءَتْهُمْ رُسُلُنَا بِالْبَيِّنَاتِ ثُمَّ إِنَّ كَثِيرًا مِنْهُمْ بَعْدَ ذَٰلِكَ فِي الْأَرْضِ لَمُسْرِفُونَ 

"Oleh karena itu Kami tetapkan (suatu hukum) bagi Bani Israil, bahwa: barangsiapa yang membunuh seorang manusia, bukan karena orang itu (membunuh) orang lain, atau bukan karena membuat kerusakan dimuka bumi, maka seakan-akan dia telah membunuh manusia seluruhnya. Dan barangsiapa yang memelihara kehidupan seorang manusia, maka seolah-olah dia telah memelihara kehidupan manusia semuanya. Dan sesungguhnya telah datang kepada mereka rasul-rasul Kami  (membawa) keterangan-keterangan yang jelas, kemudian banyak diantara mereka sesudah itu sungguh-sungguh melampaui batas dalam berbuat kerusakan dimuka bumi." (QS al-Maidah: 32).

Para akademisi..

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement