REPUBLIKA.CO.ID, GAZA — Sebanyak 58% tentara cadangan mengaku telah kehilangan kepercayaan terhadap Kepala Staf Pasukan Pendudukan Israel (IDF) Herzi Halevi, demikian ungkap sebuah studi yang dirilis Kamis (29/8/2024) oleh Institut Misgav untuk Keamanan Nasional dan Strategi Israel.
Para prajurit zionis yang menjawab pertanyaan berkisar antara usia 21 hingga 78 tahun. Mereka memiliki rata-rata 38 dan 174 hari bertugas selama perang di Gaza. Dari mereka yang disurvei, sebanyak 36% menyatakan bahwa mereka memiliki kepercayaan yang sangat buruk terhadap Halevi, sementara, 22% memiliki kepercayaan yang cukup rendah. Sebanyak 22% lainnya menyatakan bahwa mereka ragu-ragu untuk mendukung Halevi, lapor Al-Mayadeen.
Dari keseluruhan responden, sebanyak 49 persen percaya bahwa panglima tertinggi IDF harus mengundurkan diri sesegera mungkin. Sejumlah petinggi militer Israel telah mendorong pengunduran diri Halevi sejak Juni lalu, ketika tampaknya operasi Rafah akan berhasil dan tidak akan ada lagi operasi berskala besar di Gaza yang harus diawasi oleh pemimpin baru.
Studi ini juga menemukan bahwa para prajurit memiliki kepercayaan yang sangat buruk terhadap administrasi komando tinggi IDF dalam perang secara umum. Hal ini terlihat dengan sebanyak 80% responden tidak mendukung, 43% sangat tidak puas, dan 37% sedikit tidak puas. Sementara, hanya 14% yang cukup mendukung, dan 4% sangat mendukung.
Mayor Jenderal Cadangan Israel Yitzhak Brik mengkritik Kepala Staf Israel, Herzi Halevi, pada Sabtu, dengan mengatakan bahwa dia “harus dikirim ke tempat sampah sejarah.” Pernyataan Brik muncul setelah Halevi menunjuk Shlomi Bender sebagai kepala Intelijen Militer (Aman).
Dia menuduh kepala staf menunjuk teman-temannya untuk melindungi dirinya sendiri. Dia menegaskan, baik Bender maupun Halevi telah gagal, terutama dalam konteks tidak adanya rencana “ofensif maupun defensif” untuk Gaza.
“[Penunjukan Bender] mencerminkan tingkat [buruk] yang telah kita capai,” kata Brik, menuduh Halevi ‘tidak bertanggung jawab, menipu publik, dan melanjutkan praktik-praktik yang tidak etis untuk memperkuat timnya,’ yang ia gambarkan sebagai bagian dari kegagalan terburuk dalam sejarah entitas tersebut.