Selain fokus pada aspek teknis kedokteran, Al-Razi juga menekankan pentingnya etika dalam praktik kedokteran. Ia percaya bahwa seorang dokter harus memiliki empati dan rasa tanggung jawab yang tinggi terhadap pasiennya. Baginya, menjaga kesejahteraan pasien, baik fisik maupun mental, adalah hal yang paling utama.
Al-Razi adalah contoh dari prinsip pendidikan berkelanjutan. Dia selalu memperbarui pengetahuannya, baik melalui pembelajaran mandiri maupun dengan berdiskusi dengan rekan sejawat. Dia juga sering menulis catatan dan buku untuk mendokumentasikan apa yang telah dia pelajari dan mengajarkannya kepada murid-muridnya.
Al-Razi menganjurkan agar seorang ilmuwan dan dokter tidak bersikap dogmatis, melainkan harus membuka pikiran terhadap gagasan-gagasan baru dan perubahan. Dia percaya bahwa ilmu pengetahuan terus berkembang, dan seorang dokter harus selalu siap untuk mengubah pendapatnya jika ada bukti baru yang lebih kuat.
Metode pembelajaran yang digunakan Al-Razi ini, terutama penekanannya pada observasi dan eksperimen, menjadikannya sebagai salah satu tokoh pionir dalam pengembangan ilmu kedokteran yang lebih ilmiah dan rasional. Pendekatannya masih relevan hingga saat ini dan memberikan dasar bagi metode pendidikan kedokteran modern.
Salah satu kontribusi ar-Razi adalah mengenalkan campuran merkuri atau air raksa sebagai obat cuci perut. Mantan profesor bidang kebidanan dan ginekologi dari Fakultas Kedokteran Universitas Kuwait, Hassan Hathout menyebutkan dalam bukunya bahwa ar-Razi mencobakan cairan ini pada monyet sebelum menggunakannya pada pasiennya. (Hathout, 1984, Topics in Islamic Medicine, Kuwait, International Organization of Islamic Medicine, edisi pertama: halaman 84).
Penggunaan monyet sebagai hewan uji oleh ar-Razi sangat masyhur dan disebutkan juga oleh salah satu jurnal ilmiah. Di dalam jurnal itu, Ghaffari dkk menjelaskan, Ar-Razi adalah pelopor dalam menguji teorinya pada hewan, dan menyajikan konsep kedokteran eksperimental. Dia melakukan eksperimen pada hewan dengan obat baru, memeriksa efek dan toksisitasnya sebelum meresepkan obat untuk pasiennya.
Diperkirakan Al-Razi melakukan eksperimen pada hewan untuk menilai efek obat dan efek sampingnya. Sebagai contoh, ia menyelidiki efek air raksa pada kera. Ia pun disebut sebagai orang pertama yang menyelidiki efek terapi obat menggunakan eksperimen pada subjek hewan.
"Al-Razi menulis bahwa meskipun dirinya menyadari dampak merkuri murni pada perut manusia, beliau meninjau dampaknya pada monyet dan memantau penggunaannya pada pasien dengan penyumbatan usus." (Ghaffari dkk, Rhazes, a Pioneer in Contribution to Trials in Medical Practice, [Acta Medico-Historica Adriatica: 2017], halaman 265).